Pengikut

Sabtu, 24 Maret 2012

organisasi kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
        Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb.   Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum adalah  struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/ mata pelajaran diorganisasikan/ disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.  Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.  Ketika Kita ditanya, ”Apa saja yang Kita pelajari semasa di SMP?”, jawaban Kita umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang diajarkan. Kemudian, bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan antar-materi pelajaran yang Kita pelajari?”, Kita pun bisa jadi akan menjawab, “Wah, kadang-kadang tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada mata pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.” Saudara, ilustrasi tersebut menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah kurikulum diorganisasikan. Namun demikian, kita menyadari bahwa cara mengorganisasikan kurikulum itu bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-masing cara memiliki kekuatan dan kelemahan.  Sebagai guru atau pendidik, Kita pun berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu memahami dengan baik bagaimana kurikulum diorganisasikan. Oleh karena itu, pada makalah ini kita akan mempelajari seluk-beluk perngorganisasian kurikulum. Dengan mempelajari unit ini, Kita diharapkan dapat:
1.     menjelaskan konsep dasar organisasi kurikulum.
2.     menjelaskan bentuk struktur program horizontal.
3.     menjelaskan struktur program vertical.
4.     menganalisis struktur program kurikulum yang digunakan sekolah.
Keempat kemampuan itu akan disajikan dalam tiga sub-unit berikut:
1.     Subunit 1: Struktur horizontal 
2.     Subunit 2: Struktur vertikal.
3.     Subunit 3: Strategi Pelaksanaan Kurikulum
A.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam makalah ini adalah.
1.     Bagaimanakah cara yang dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan?
2.     Bagaimana strategi pelaksanaan kurikulum?
B.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1.     untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
2.      untuk mengetahui tujuan organisasi kurikulum.
3.      untuk mengetahui jenis-jenis organisasi kurikulum.
4.      untuk mengetahui factor-faktor organisasi kurikulum.
5.     untuk mengetahui cara organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan
6.     Untuk mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna tercapainya  tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan.[1] Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.[2]
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan  seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang di selaenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.[3] Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah  pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah  system-sistem pelaksanann kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya system pengalokasian waktu.[4]
B.    Prosedur pengoganisasian Kurikulum
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa factor yang perlu di perhatikan, yakni ruang lingkup (scope), urutan (squence), dan penempatan bahan (grade placement).[5]
1.     Ruang lingkup bahan, adalah keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang akan di berikan dari suatu bidan studi mata pelajaran atau dari suatu bidang studimata pelajaran atau dari suatu pokok bahasan tertentu.
2.     Urutan bahan, adalahpenyusunan bahan pelajaran menurut aturan tertentu secara berurutan, menunjukkan sistematika dan merupakan penyampaian serta penangkapan oleh para siswa.
3.     Penempatan bahan, adalah penempatan satu atau beberapa bahan pelajaran untuk kelas tertentu.[6]
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini, pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1.     Prosedur Pembelajaran
Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2.     Prosedur survey pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan jalan mengadakan survey atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
3.     Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.
4.     Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5.     Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang di perkirakan  berguna untuk di pelajari oleh para siswa di sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan.
6.     Prosedur fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikanmenjadi sejumlah area of living.
7.     Prosedur minat kebutuhan
Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan persistent problem, tetapi scope dan sequence-nya di dasarkan atas siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan social.[7]
C.    Jenis-jenis organisasi kurikulum
1.     Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas  dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.[8] Beberapa hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
2.     Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut.[9] Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
3.     Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.[10] Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
a)     Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
b)     Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
c)     Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
d)     Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
e)     Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f)      Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang diantaranya ialah:
a)     Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b)     Organisasin kurang sitematis
c)     Tugas-tuganya memberatkan guru.
d)     Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e)     Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f)      Sarana dan prasarana yang kurang memadai.[11]
Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
a)     Kurikulum inti (core curriculum)
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial. Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
b)     Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and persistens situations).
Dalam pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan social anak didik, sehingga pelajaran yang di peroleh  memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat.[12]
c)     Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah: Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
D.    Strategi pelaksanaan kuriklum
Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi: pelaksanaan pengajaran/ pembelajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam bidang garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka para pelaksana (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar. 
a.      Pelaksanaan Pengajaran
Kalau di ingat kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil suatu proses pembelajaran (belajar dan mengajar) dinilai berhasil atau tidak.[13]   Di antara hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah pemilih-an metode dan alat/ media pendidikan yang digunakan. Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi berpidato. Karena berpidato merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, maka metode yang tepat adalah demonstrasi (praktik pidato). Bukan sekedar mempelajari teori pidato. Pengetahuan tentang konsep, prosedur, dan strategi pidato memang diperlukan, tetapi tidak cukup berhenti di situ. Melainkan harus berlanjut sampai pada praktik berpidato. Selanjutnya agar pembelajaran lebih menggairahkan, maka diperlukan media audio-visual. Dengan cara ini, siswa dapat menginspirasi model bagaimana orang dapat berpidato dengan baik. Namun, pemilihan media audio-visual (rekaman) ini cocok bagi  sekolah yang memiliki fasilitas itu. Bagi sekolah yang tidak mempunyai fasilitas audio-visual, maka guru harus mencari media lain atau strategi lain yang sesuai. Misalnya, dengan menugasi anak untuk mencermati kegiatan pidato pada siaran televisi atau radio di rumah.  Strategi pelaksanaan pengajaran umumnya dalam bentuk tatap muka di kelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan pembelajaran yang disusun sebelum-nya. Dalam berbagai perkembangan kurikulum di Indonesia rencana pembelajaran ini  dikenal dengan istilah-istilah Model Satuan Pelajaran (MSP atau SP), Satuan Pelajaran (Satpel), atau dalam KTSP dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan komponen-komponen tujuan/ kompetensi, kegiatan pembelajaran, bahan pelajaran, metode/ alat/media, dan evaluasinya. Rencana pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam mengajar.
 Strategi pelaksanaan pengajaran lainnya adalah sistem modul. Modul disusun dalam bentuk satuan-satuan pelajaran.  Modul ini disusun untuk murid. Dengan modul diharapkan murid dapat belajar sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang dicantumkan. Karena harus memberikan kemungkinan murid belajar sendiri, maka modul disusun dengan uraian dan jabaran yang lengkap. Strategi pelaksanaan pengajaran lain adalah Paket Belajar. Untuk pelajar disiapkan paket-paket pelajaran yang  berisi satuan-satuan pelajaran lengkap dengan alat evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juga memberikan peluang siswa belajar sendiri. Paket Belajar juga dikembangkan di perguruan tinggi dalam program belajar jarak jauh (PBJJ atau PJJ).
b.     Pendekatan Keterampilan Proses[14]
Keterampilan proses sudah kita kenal semenjak Kurikulum 1984. Hingga saat ini pendekatan tersebut masih sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi dua arah.[15] Komunikasi dua arah mengindikasikan adanya peran serta aktif pada diri guru dan murid. Dalam proses pembelajaran murid terlibat secara fisik dan mental, sehingga apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam. Melalui keterampilan proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu), mengelola, mempergunakan, dan mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya mempelajari isi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Keterampilan “mendapatkan” pengetahuan itulah yang sangat ditekan-kan pada pendekatan keterampilan proses.  Penerapan pendekatan itu diawali dengan kegiatan pemanasan, yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan yang akan dipelajari. Misalnya dengan mengulas pelajaran minggu lalu yang terkait, meminta pendapat siswa, dsb. Kegiatan ini mengondisikan siswa untuk siap dalam belajar, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Kegiatan dilanjutkan dengan serangkaian  aktivitas mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan kegiatan lanjutan, melakukan penelitian, dan mengomunikasikan hasil temuan. Tampaknya, langkah-langkah pendekatan keterampilan proses sangat menekankan pada aktivitas akademik belaka. Nilai akademik memang kental sekali, tetapi di tengah pelaksanaan proses belajar sebetulnya terbangun juga sikap-sikap sosial melalui kerja sama antarsiswa dalam kelompok dengan sikap sportif saling mendukung. Misalnya, untuk menemukan suatu konsep anak harus melakukan serangkaian prosedur. Dalam prosedur ini bisa jadi ada aktivitas yang berat bila dilakukan anak seorang diri. Untuk mengatasinya, seorang siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. Namun, kerja sama itu tetap harus dibangun berdasarkan tanggung jawab individu. Bukan sekedar ikut secara kelompok, tetapi siswa tertentu boleh untuk tidak melakukan apa-apa.  Hal penting lainnya dalam keterampilan proses adalah mengkomunikasikan hasil temuan. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk mampu menginformasikan  temuannya secara  lisan atau tulis.
c.      Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
  Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan pada suatu sekolah.[16] Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang dilakukan dengan menggunakan jatah waktu yang telah ditentukan dalam struktur program. Kagiatan ini dilakukan guru dan siswa dalam jam-jam pelajaran tiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai tujuan minimal setiap mata pelajaran, baik yang tergolong program inti ataupun program khusus.
1)     Kegiatan Kokurikuler
            Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih menmperdalam dan menghayati materi  pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas.[17] Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Dalam hal ini, hal yang perlu diperhatikan ialah menghindari terjadinya pengulangan dan ketumpang-tindihan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
Selain itu, juga perlu dijaga agar para siswa tidak ”overdosis” karena semua guru memberi tugas dalam waktu yang bersamaan, sehingga siswa menanggung beban yang sangat berat. Oleh karena itu, koordinasi dan kerja sama antarguru merupakan hal yang perlu dilakukan, misalnya, melalui analisis pokok bahasan sejak awal dan merancang kegiatan kokurikulernya.
Dari pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang  dan melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:
a)     Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan intrakurikuler.[18] Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada siswa  mendalami dan menghayati materi pelajaran.
b)     Tidak menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
c)     Tidak menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan siswa atau orang tua.
d)     Penanganan kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.
2)     Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan menerap-kan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam mata pelajaran program inti dan pilihan.[19] Walapun sama-sama dilaksanakan di luar jam pelajaran di kelas, bila dibandingkan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat siswa, serta kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pelaksanaannya ditangani oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk. Kegiatan keolah-ragaan seperti bola basket, bola voli, dan pencak silat, dipilih sesuai dengan minat dan bakat siswa. Begitu pula dalam bidang penalaran seperti jurnalistik dan kelompok ilmiah remaja. Juga, dalam bidang seni seperti drama, lukis, dan tari. Keseluruhan bidang ini merupakan wahana untuk memperluas wawasan, serta membangun nilai dan sikap positif siswa.
d.     Bimbingan Karier atau penyuluhan
Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan bimbingan (dan penyuluhan) dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan pilihan program (bidang keilmuan) yang terkait dengan masa depannya, seperti dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa) dan pemilihan jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.[20]
e.      Penilaian
Berfungsi sebagai control terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena dari evaluasi dapat di ketahui tingkatpenguasaan tujuan pelajaran oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang si capainya.[21]
f.      Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan di sekolah berhubungan dengan: pengaturan proses pembelajaran, peralatan pembelajaran, pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan, keuangan, dsb. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian tujuan pendidikan, maka semua itu harus dilakukan secara sistematis, terinci, dan terencana. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf, khususnya guru  untuk mengembangkan proses belejar mengajar yang efektif dan efisien.[22]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
            Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

B.    Saran
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pagi para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Safruddin, 2002, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Zaini, Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras.
Ghofi, Abdul, 1993, Pengenalan Kurikulum Madrasah, Solo: CV, Ramadhani.
Nurgiyantoro, Burhan,1988, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta: BPFE.
Muhaimin, 1991, Konsep Pendidikan Islam, Solo: CV.Ramadhani.
Hamalik Oemar, 1993, Pengambangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Bandung: PT. Tri Genda Karya.


[1] Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: CV.Ramadhani, 1991), 41.
[2] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), 61.
[3] Abdul Ghofir, Pengenalan Kurikulum Madrasah, (Solo: CV, Ramadhani,1993), 49.
[4] Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta: BPFE,1988), 111.
[5] Muhammad Zaini, Ibid., 62.
[6]  Oemar Hamalik, Pengambangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: PT. Tri Genda Karya, 1993), 53.
[7] Muhammad Zaini,Ibid., 65
[8] Safruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 44-45.
[9] [9] Muhammad Zaini,Ibid., 68.
[10] Muhammad Zaini,Ibid., 71.
[11] Muhammad Zaini,Ibid., 72-73.
[12] Muhammad Zaini,Ibid., 73.
[13] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 130.
[14] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 131
[15] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 131
[16] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 136.
[17] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 137.
[18] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 137.
[19] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 138
[20] Burhan Nurgyantoro,Ibid., 139.
[21] Muhammad Zaini, Ibid., 90
[22] Muhammad Zaini, Ibid., 90

2 komentar: