MATERI DASAR
- Akhlak
STANDAR
KOMPETENSI
- Menghindari perilaku tercela
KOMPETENSI
DASAR
- Menjelaskan pengertian Ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah.
- Menyebutkan contoh perilaku Ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah.
- Menghindari perilaku Ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
A.
ANANIAH (EGOIS)
1.
Pengertian Ananiah
Ananiah artinya
sifat yang mementingkan diri sendiri. Sikap ini tidak pernah menghiraukan orang
lain. Orang yang terhinggapi sifat ini tidak pernah mau tahu terhadap orang
lain. Ia memandang dapat hidup karena dirinya sendiri. Dia tak pernah berfikir
bahwa kehidupannya tidak dapat terlepas dari orang lain.[1]
Sifat egois ini
termasuk dalam kategori sifat sombong yang di larang oleh ajaran agama Islam.
Firman Allah SWT dalam surat Luqman ayat
18:
wur
öÏiè|Áè?
£s{
Ĩ$¨Z=Ï9
wur
Ä·ôJs?
Îû
ÇÚöF{$#
$·mttB
(
¨bÎ)
©!$#
w
=Ïtä
¨@ä.
5A$tFøèC
9qãsù
ÇÊÑÈ
Atinya : dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.[2]
2.
Akibat Negatif Ananiah
Sifat egois yang
mementingkan diri sendiri dan merasa mampu mengurus diri sendiri tanpa bantuan
orang lain. Egois adalah perilaku yang tidak di sukai Allah SWT dan manusia.
Adapun akibat dari Egois :
a.
Dimurkai
oleh Allah, karena merasa mampu tanpa mengingat bahwa kemampuannya itu
semata-mata dari Allah SWT.
b.
Sifat
egois juga akan menjadikan orang lupa diri, sehingga kemampuan yang di
milikinya cenderung tidak berkembang.
c.
Orang
yang egois tidak dapat menjalankan peran hidupnya dengan baik. Misalnya, bila
sifat egois dimiliki oleh orang tua, maka dia tidak dapat membimbing
anak-anaknya dengan baik.
d.
Sifat
egois juga menjadikan seseorang sulit di nasehati. Jadi kalau seseorang yang
egois sudah mempunyai pendirian yang salah, maka di sulit berubah karena tidak
mau diingatkan atau tidak mau menerima nasehat.
e.
Orang
yang egois akan merasa malu bila pada saat suatu ketika membutuhkan bantuan
orang lain.
3.
Cara menghindari Ananiah
Ananiah (egois) dapat di hindari dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Memperkuat
keimanan kepada Allah SWT, karena hanya Allah sajalah yang Maha Mandiri dan
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b.
Menyadari
bahwa manusia di takdirkan untuk menjadi makhluk social yang saling membutuhkan
antara yang satu dengan yang lainnya.
c.
Memupuk
semangat kebersamaan dan toleransi dengan menumbuhkan kesadaran bahwa manusia
memang di ciptakan Allah SWT berbeda-beda, masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangannya.[3]
B.
GHADAB (PEMARAH)
1.
Pengertian Ghadab
Ghadab (pemarah) artinya sifat seseorang yang mudah marah. Setiap
melihat atau menghadapi persoalan kehidupan yang tidak di sukai sekecil apapun
langsung marah. Setiap orang memang di karuniai oleh Allah SWT gejala Emosional
seperti senang, susah, geli, dan marah. Dengan demikian pada dasarnya setiap
orang bias marah, namun karena marah dapat menimbulkan berbagai akibat negatif,
maka Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita dapat menahan marah
tersebut.
Imam
Ghazali mengelompokkan tipe manusia menjadi 4 macam yaitu :
1)
Orang
yang mudah marah dan sulit memaafkan.
2)
Orang
yang mudah marah dan mudah memaafkan
3)
Orang
yang sulit marah dan sulit memaafkan.
4)
Oranng
yang sulit marah dan mudah memaafkan.
Diantara
keempat tipe manusia tersebut yang terbaik tentulah yang sulit marah dan mudah
memaafkan. Tipe seperti inilah yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Menahan
marah merupakan salah bentuk ketakwaan seseorang. Dengan kata lain salah satu
ciri ketakwaan seseorang adalah kemampuanyya dalam menahan marah dan memaafkannya.
Allah
berfirmn dalam Q.S Ali Imran ayat 134 yang berbunyi:
tûïÏ%©!$#
tbqà)ÏÿZã
Îû
Ïä!#§£9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏJÏà»x6ø9$#ur
xáøtóø9$#
tûüÏù$yèø9$#ur
Ç`tã
Ĩ$¨Y9$#
3
ª!$#ur
=Ïtä
úüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÊÌÍÈ
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[4]
Pemarah bukanlah orang
yang kuat, melainkan orang yang lemah kemarahannya meninggalkan banyak
kelemahan. Hakekat manusia yang kuat adalah bukan manusia yang mudah untuk
marah dan semua yang ada di sekitarnya menjadi sasaran kemarahannya. Orang yang
kuat adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika hendak marah hadist Rasulullah
SAW :
عن
ابي هريراة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ليس اشديد بالصرعة
انما اشديدالدي يملك نفسه عندل الغضب (متفق عليه)
Artinya : Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA katanya : sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Kekuatan
itu tidak di buktikan dengan kemenangan
dalam bergulat. Tetapi orang yang ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya
ketika sedang marah (H.R. Bukhari dan Muslim)[5]
Sifat pemarah cenderung
untuk tidak menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin, artinya dengan
baik-baik dan kekeluargaan. Sebaliknya masalah di hadapi dengan mengedepankan
emosi, sehingga penyelesaian masalah tidak sempurna, sekalipun setelah itu harus
menyesal. Dengan demikian orang yang pemarah sangat berbahaya.
2.
Akibat Negatif Ghadab[6]
Ketika sedang marah, seseorang tidak mampu menguasai diri alias
lupa diri. Keadaan jiwanya sangat labil karena dibakar emosi. Bila kondisi
seseorang sudah demikian maka dia akan melakukan sesuatu tanpa perhitungan.
Dengan demikian seseorang yang sedang marah atau menjadi pemarah dapat
menimbulkan dampak negative berupa:
a.
Keputusan
dan tindakan orang marah cenderung menambah masalah. Kita tidak boleh
memutuskan sesuatu ketika sedang dalam keadaan marah, karena sudah pasti
keputusan yang di ambil pasti tidak bijaksana dan pasti keputusannya menjadi
tidak adil.
b.
Pemarah
menimbulkan kerusakan baik antar manusia. Orang yang mudah marah atau pemarah
sulit mengontrol diri, sehingga semua yang ada di sekitarnya akan menjadi
sasaran kemarahannya.
c.
Pemarah
perusak hubungan baik antar manusia. Hubungan antara anak dan orang tua bisa
menjadi kacau bila salah satu atau keduanya saling memarahi. Persahabatan bias
menjadi tidak harmonis bahkan akan bercerai berai bila mereka tidak dapat
mengendalikan marah.
d.
Dapat
terjauhkan dari ampunan dari Surga Allah SWT. Di dalam hidup ini manusia
diserukan oleh Allah untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan dan amal saleh,
sehingga dapat meraih predikat sebagai orang yang bertaqwa. Salah satu ciri
orang yang bertaqwa adalah, menahan diri ketika hendak marah dan mau memaafkan
kesalahan orang lain. Mereka yang seperti itu akan memperoleh ampunan Allah SWT
dan Surga yang seluas langit dan bumi.
3.
Cara menghindari dan menahan Ghadab
Cara
mengobati sifat kemarahan terlebih kepada seseorang yang mempunyai sifat
pemarah adalah :
a.
Apabila
seorang yang sedang marah itu dalam keadaan sedang berdiri, maka berusaha
duduk. Dan apabila kemarahan itu dilakukan ketika sedang duduk maka berusaha
tiduran atau berbaring sambil membaca istighfar.
b.
Mengambil
air wudlu[7]. Karena dengan berwudlu
dengan air yang suci dan mensucikan, akan mampu mensucikan semua tindakan yang
kurang suci, seperti kemarahan.
c.
Membaca
ta’awudz (memohon perlindungan Allah dari godaan Syaitan selalu membangkitkan
amarah). Syaitan merupakan makhluk Allah SWT yang terbuat dari api, sehingga
dia selalu memanas-manasi manusia.
C.
HASAD (DENGKI)
1.
Pengertian Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan marah
(benci, tidak suka) yang berlarut-larut terhadap keberuntungan orang lain.
Sikap dengki biasanya merupakan akibat dari memelihara sifat iri, sehingga
sifat dengki ini sudah mengarah kepada perbuatan yang mencerminkan kemarahan
dan perselisihan. Orang yang terjangkit penyakit hati dengki mengarah kepada
tindakan memusuhi, menjelek-jelekkan, dan menjatuhkan nama baik orang yang
dengki.[8]
Bagi orang yang beriman (mukmin), sifat dengki ini mutlak harus
dihindari bilah benih-benih dengki mulai merasuk dalam hati seorang mukmin,
maka dia harus dengan segera menghilangkannya sebelum kedengkian itu tumbuh dan
berkembang. Semakin besar kadar dengki akan semakin sulit di hilangkan.
2.
Akibat Negatif Hasad
Sifat dengki berkakibat buruk bagi
kehidupan pribadi seseorang dan sekaligus dapat merusak tatanan hidup yang
rukun dan harmonis di masyarakat. Di samping itu perbuatan hasan akan menghapus
kebaikan dan pahala yang kita miliki. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW [9]:
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ اَلْحَسَدَ
يَأْكُلُ اَلْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ اَلنَّارُ اَلْحَطَبَ ) رَواَهُ
أَبُو دَاوُدَ
|
|
Artinya : Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat hasad
karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu
bakar." Riwayat Abu Dawud.
Orang yang memendam
sifat hasad akan selalu berfikiran negatif. Perasaanya selalu merasa tidak
tenang begitu melihat orang lain mendapatkan karunia, prestasi atau kebaikan.
Kondisi kejiwaan seseorang yang demikian pasti membuat dirinya sulit maju,
berprestasi, dan berkembang.
D.
GHIBAH
1.
Pengertian
Ghibah adalah keburukan atau aib
orang lain. Tentang hal ini RAsulullah SAW bersabda dalam hadisnya :
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ
رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ؟ قَالُوا: اَللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ: أَرَأَيْتَ
إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ
فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ
) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
|
|
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian apa itu ghibah."
Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda:
"Yaitu engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada
yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada
saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau
katakan maka engkau telah mengumpatnya dan jika tidak ada maka engkau telah
membuat kebohongan atasnya." Riwayat Muslim.[10]
Ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah[11], akan tetapi setiap
gerakan isyarat, ungkapan, sindiran, celaan, tulisan, dan segala sesuatu yang
di pahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan termasuk ghibah.
2.
Akibat Negatif Ghibah
Orang yang melakukan ghibah akan
mengalami kerugian, karena pahala amal kebaikannya dia bahkan orang yang
menjadi sasaran ghibahnya. Agar manusia berhati-hati terhadap ghibah, maka
Allah SWT menyamakan dengan orang yang memakan daging saudaranya yang sudah
mati.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Q.S al-Hujurat: 12)[12]
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, semakin menjijikkan
lagi apa yang di makan adalah daging bangkai, terlebih lagi saudara kita
sendiri. Demikianlah Ghibah, ia pun sangat menjijikan sehingga sudah
sepantasnya untuk di jauhi dan di tinggalkan.
Ghibah yang di perbolehkan[13]
Menceritakan aib atau keburukan orang lain
tidak selamanya di larang. Dalam keadaan tertentu, bercerita tentang fakta
keburukan orang lain tersebut di perbolehkan, yaitu ketika
a.
Orang
yang yang di zalimi boleh menceritakan kepada hakim tentang kezhaliman yang di
lakukan terhadapnya atau penghianatannya.
b.
Memberi
kesaksian kejahatan yang di lakukan oleh seseorang di depan penyidik atau di
depan hakim.
c.
Meminta
pertolongan untuk mengubah kemungkaran dan menceritakan kepada yang mampu
mengubah kemungkaran itu, agar menjadi kebenaran
d.
Bercerita
kepada seorang psikolog untuk meminta nasehat, misalnya seorang istri yang
menceritakan suaminya yang pemarah atau jahat.
e.
Memperingatkan
kaum muslimin dari kejahatan seseorang, apabila hal itu di khawatirkan akan
menimpa mereka.
f.
Menceritakan
orang yang terang-terangan berbuat fasik dan membahayakan kehidupan masyarakat
muslim.
3.
Bertaubat dari Ghibah
a.
Dengan
cara menyesali perbuatan itu, bertekad untuk tidak melakukannya kembali dan
beristighfar serta bertaubat dengan benar.
b.
Bila
Ghibah telah terdengar oleh orang yang bersangkutan, maka dia harus
mengemukakan alasan serta meminta maaf kepadanya. Jika belum terdengar,
hendaklah memintakan ampun untuknya, mendoakannya kepada Allah SWT dan
memuliakannya sebanding dengan kejelekan yang telah di lakukan terthadapnya.
E.
NAMIMAH (ADU DOMBA)
1.
Pengertian Namimah
Namimah artinya mengadu domba[14] antara pihak satu dengan
pihak yang lain. Orang yang mempunyai penyakit hati namimah suka sekali
menyebarkan berita yang menimbulkan kekacauan antara manusia. Ini termasuk cara
syaitan nyang paling keji untuk memisahkan dua kelompok, merusak ukhuwah
(persaudaraan) dan mahabbah (rasa kasih sayang). Namimah termasuk dosa besar
yang di haramkan , Allah berfirman dalam
Q.S Al-Humzah 1 :
وَيْلٌ لِكُلِّ
هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (١)
Artinya:
Celakahlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela[15]
Namimah juga
dapat berbentuk memprovokasi atau memanas-manasi situasi agar terjadi
perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan merusak dan menciptakan perselisihan adalah salah satu factor yang
menyebabkan terputusnya ikatan persaudaraan/ persahabatan, serta menyulut api
kebencian dan permusuhan sesame manusia. Allah mencela perilaku perbuatan
tersebut dalam Firmannya Q.S Al-Qalam : 10-11 yaitu:
وَلا تُطِعْ كُلَّ
حَلافٍ مَهِينٍ (١٠)هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)
Artinya: dan
janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak
mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,[16]
Dalam sebuah
Hadist Nabi SAW di sebutkan :
َوَعَنْ حُذَيْفَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم ( لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَتَّاتٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Dari Hudzaifah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang suka
memfitnah." Muttafaq Alaihi.[17]
2.
Bahaya Namimah
Jika Seorang siswa yang terjangkit penyakit hati namimah yang selalu
menceritakan perkataan atau sikap temannya kepada teman yang lain sehingga
kedua teman tersebut saling membenci. Semua hal ini hukumnya haram. Namimah
bukan yang kecil, bahkan para ulama mengkategorikannya di dalam dosa besar
karena akibat yang ditimbulkan juga sangat berbahaya.
Dengan demikian akibat akibat ini sangat besar dan fatal sekali,
akibat namimah terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan yang
telah dikokohkan oleh Allah SWT. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka bumi
serta menimbulkan permusuhan dan kebencian.
3.
Cara bertaubat dari Namimah
a.
Menyesali
perbuatan itu, bertekad untuk tidak melakukannya kembali dan beristighfar serta
bertaubat dengan benar.
b.
Bila
sudah terlanjur memanas-manasi keadaan, maka dia harus segera meluruskan
kembali permasalahannya sehingga suasana menjadi tenteram kembali kemudian
meminta maaf kepada keduanya.
c.
Jika
telah terjadi permusuhan dan perselisihan antar pihak yang di adu domba, maka
dia harus berusaha untuk mendamaikannya kembali dan meminta maaf kepada kedua
belah pihak serta berjanji tidak akan mengulangi lagi.[18]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Macam-macam
Akhlak Tercela diantaranya:
1.
Ananiah
(Egois) berarti sifat yang mementingkan diri sendiri
2.
Ghadab
(Pemarah) artinya sifat seseorang yang mudah marah
3.
Hasad
(Dengki) artinya menaruh perasaan msrsh (benci, tidak suka) yang berlarut-larut
terhadap keberuntungan orang lain.
4.
Ghibah
artinya menceritakan keburukan atau aib orang lain.
5.
Namimah
(Adu domba) artinya mengadu domba antara pihak satu dengan pihak yang lain.
B.
Saran
Kami
menyadari, kami sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, Harapan kami, semoga makalah ini, dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafidh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul maram, Surabaya : Pustaka al-Hidayah: 2008.
Dept.
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur’an, 1986.
TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Surabaya: CV. Azizah,
2011
[1] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: CV. Azizah,
2011), 38.
[2] Dept. Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Al-Qur’an, 1986, 655.
[3] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Ibid., 39.
[4] Dept. Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ibid., 98
[5] Al-Hafidh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul maram, ( Surabaya : Pustaka
al-Hidayah: 2008), 302.
[6] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Ibid., 41.
[7] Uwes Qorni, 60
penyakit hati, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), 95.
[8] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Ibid.,42.
[9] Al-Hafidh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul maram,Ibid., 302.
[10] Al-Hafidh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul maram,Ibid., 304.
[11] Ibrahim M.
al-Jalal, Penyakit-penyakit hati, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1995), 86
[12] Dept. Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Ibid., 847
[13] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Ibid., 44.
[14] Ibrahim M.
al-Jalal, Penyakit-penyakit hati,Ibid., 131.
[15] Dept. Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ibid., 1101.
[16] Dept. Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, ibid., 961.
[17]Al-Hafidh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul maram,Ibid., 305
[18] TIM MGPG PAI
SMPN kabupaten Sidoarjo, Pendidikan Agama Islam, Ibid., 46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar