BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum
merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya
sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan
cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang
diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan,
dsb. Salah satu hal yang penting
kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid
(Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum
adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada
murid-murid. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur
horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan
bagaimana bahan/ mata pelajaran diorganisasikan/ disusun dalam pola-pola
tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan
kurikulum di sekolah. Melalui organisasi
kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang
tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian
materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran. Cara
pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan
bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Ketika Kita ditanya, ”Apa saja yang Kita pelajari semasa di SMP?”,
jawaban Kita umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang diajarkan.
Kemudian, bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan antar-materi
pelajaran yang Kita pelajari?”, Kita pun bisa jadi akan menjawab, “Wah,
kadang-kadang tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada mata
pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.” Saudara,
ilustrasi tersebut menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah kurikulum
diorganisasikan. Namun demikian, kita menyadari bahwa cara mengorganisasikan
kurikulum itu bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-masing cara memiliki
kekuatan dan kelemahan. Sebagai guru
atau pendidik, Kita pun berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu
memahami dengan baik bagaimana kurikulum diorganisasikan. Oleh karena itu, pada
makalah ini kita akan mempelajari seluk-beluk perngorganisasian kurikulum.
Dengan mempelajari unit ini, Kita diharapkan dapat:
1.
menjelaskan
konsep dasar organisasi kurikulum.
2.
menjelaskan
bentuk struktur program horizontal.
3.
menjelaskan
struktur program vertical.
4.
menganalisis
struktur program kurikulum yang digunakan sekolah.
Keempat
kemampuan itu akan disajikan dalam tiga sub-unit berikut:
1.
Subunit
1: Struktur horizontal
2.
Subunit
2: Struktur vertikal.
3.
Subunit
3: Strategi Pelaksanaan Kurikulum
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam
makalah ini adalah.
1.
Bagaimanakah
cara yang dilakukan organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan?
2.
Bagaimana
strategi pelaksanaan kurikulum?
B.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah :
1.
untuk
mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
2.
untuk mengetahui
tujuan organisasi kurikulum.
3.
untuk mengetahui
jenis-jenis organisasi kurikulum.
4.
untuk
mengetahui factor-faktor organisasi kurikulum.
5.
untuk
mengetahui cara organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan
6.
Untuk
mengetahui strategi pelaksanaan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa
kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik
guna tercapainya tujuan pendidikan atau
pembelajaran yang di tetapkan.[1]
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab
menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik
dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum.
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara
tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap
dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi
kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat
teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung
kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang
tua murid.[2]
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai
suatu metode untuk menentukan seleksi
dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang di selaenggarakan oleh
sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan
lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.[3]
Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal
dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian atau penyusunan bahan
pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan
masalah system-sistem pelaksanann
kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya system pengalokasian waktu.[4]
B.
Prosedur pengoganisasian Kurikulum
Dalam
organisasi kurikulum ada beberapa factor yang perlu di perhatikan, yakni ruang
lingkup (scope), urutan (squence), dan penempatan bahan (grade
placement).[5]
1.
Ruang
lingkup bahan, adalah keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang akan di
berikan dari suatu bidan studi mata pelajaran atau dari suatu bidang studimata
pelajaran atau dari suatu pokok bahasan tertentu.
2.
Urutan
bahan, adalahpenyusunan bahan pelajaran menurut aturan tertentu secara
berurutan, menunjukkan sistematika dan merupakan penyampaian serta penangkapan
oleh para siswa.
3.
Penempatan
bahan, adalah penempatan satu atau beberapa bahan pelajaran untuk kelas
tertentu.[6]
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini,
pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1.
Prosedur
Pembelajaran
Pemilihan
isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di dalam buku pelajaran
atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2.
Prosedur
survey pendapat
Pemilihan
dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan jalan mengadakan survey
atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
3.
Prosedur
studi kesalahan
Prosedur
ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis terhadap kesalahan,
kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.
4.
Prosedur
mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur
ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan mempelajari metode sekolah
lain, guru atau sekolah dapat menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk
sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5.
Analisis
kegiatan orang dewasa
Melalui
prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap kegiatan-kegiatan dalam
kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang di perkirakan berguna untuk di pelajari oleh para siswa di
sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau
jabatan.
6.
Prosedur
fungsi sosial
Prosedur
ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat
melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan
bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di
tentukan, di klasifikasikanmenjadi sejumlah area of living.
7.
Prosedur
minat kebutuhan
Menurut
prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan persistent problem, tetapi scope
dan sequence-nya di dasarkan atas siswa dan berkenaan dengan
fungsi-fungsi personal dan social.[7]
C.
Jenis-jenis organisasi kurikulum
1.
Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan
pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama
lain, terlepas dan tidak mempunyai
kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang
lingkupnya.[8]
Beberapa hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran
disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan
nilai-nilai budaya terdahulu
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
2.
Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya
hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap
memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut.[9]
Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat. Ada
tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran.
Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah
disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati
bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada
penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal
psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan
kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi
deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah
dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial
dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi,
pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan
melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid
bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena
memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah
pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu
lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Berikut
beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit
untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan
sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan
pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga
hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan
tinggi.
3.
Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan
pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara
satu mata pelajaran dengan yang lainnya.[10]
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat
pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik,
berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat
dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
a)
Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh
semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata
pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
b)
Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit
yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
c)
Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern
tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan
mereka.
d)
Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara
sekolah dengan masyarakat.
e)
Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang
untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f)
Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan dan kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga
mempunyai beberapa kelemahan yang diantaranya ialah:
a)
Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b)
Organisasin kurang sitematis
c)
Tugas-tuganya memberatkan guru.
d)
Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada
unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e)
Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam
menentukan kurikulum.
f)
Sarana dan prasarana yang kurang memadai.[11]
Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini
terbagi lagi, meliputi :
a)
Kurikulum inti (core curriculum)
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan
siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti menekankan
kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan
memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum inti
ditentukan oleh problem sosial. Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum
ini adalah : Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue),
selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang
dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan. Isi
kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi
secara aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang
bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk
semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya
bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang
dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan
yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham
demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
b)
Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan
fungsi kehidupan (social functions and persistens situations).
Dalam pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan social anak
didik, sehingga pelajaran yang di peroleh
memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah
dengan kondisi masyarakat.[12]
c)
Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau
pengalaman (experience and activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum.
Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka
membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa.
Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum,
yakni anak lebih banyak menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk
kurikulum ini adalah: Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat
belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat
menemukan kebutuhan reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar
secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
D.
Strategi pelaksanaan kuriklum
Strategi
pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan
suatu kurikulum sekolah, yang meliputi: pelaksanaan pengajaran/ pembelajaran,
penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara
keseluruhan. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan bagian yang termasuk
dalam bidang garap pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum
ini, maka para pelaksana (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang
pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan
pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
a.
Pelaksanaan
Pengajaran
Kalau
di ingat kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dalam interaksi
pendidikan, pelaksanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari
pelaksanaan pengajaran inilah hasil suatu proses pembelajaran (belajar dan
mengajar) dinilai berhasil atau tidak.[13] Di antara hal yang termasuk dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah pemilih-an metode dan alat/ media pendidikan
yang digunakan. Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
materi berpidato. Karena berpidato merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif, maka metode yang tepat adalah demonstrasi (praktik pidato).
Bukan sekedar mempelajari teori pidato. Pengetahuan tentang konsep, prosedur,
dan strategi pidato memang diperlukan, tetapi tidak cukup berhenti di situ.
Melainkan harus berlanjut sampai pada praktik berpidato. Selanjutnya agar
pembelajaran lebih menggairahkan, maka diperlukan media audio-visual. Dengan
cara ini, siswa dapat menginspirasi model bagaimana orang dapat berpidato
dengan baik. Namun, pemilihan media audio-visual (rekaman) ini cocok bagi sekolah yang memiliki fasilitas itu. Bagi
sekolah yang tidak mempunyai fasilitas audio-visual, maka guru harus mencari
media lain atau strategi lain yang sesuai. Misalnya, dengan menugasi anak untuk
mencermati kegiatan pidato pada siaran televisi atau radio di rumah. Strategi pelaksanaan pengajaran umumnya dalam
bentuk tatap muka di kelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan pembelajaran
yang disusun sebelum-nya. Dalam berbagai perkembangan kurikulum di Indonesia
rencana pembelajaran ini dikenal dengan
istilah-istilah Model Satuan Pelajaran (MSP atau SP), Satuan Pelajaran
(Satpel), atau dalam KTSP dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan komponen-komponen tujuan/ kompetensi,
kegiatan pembelajaran, bahan pelajaran, metode/ alat/media, dan evaluasinya.
Rencana pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam mengajar.
Strategi pelaksanaan pengajaran lainnya adalah
sistem modul. Modul disusun dalam bentuk satuan-satuan pelajaran. Modul ini disusun untuk murid. Dengan modul
diharapkan murid dapat belajar sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang
dicantumkan. Karena harus memberikan kemungkinan murid belajar sendiri, maka
modul disusun dengan uraian dan jabaran yang lengkap. Strategi pelaksanaan
pengajaran lain adalah Paket Belajar. Untuk pelajar disiapkan paket-paket
pelajaran yang berisi satuan-satuan
pelajaran lengkap dengan alat evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juga
memberikan peluang siswa belajar sendiri. Paket Belajar juga dikembangkan di
perguruan tinggi dalam program belajar jarak jauh (PBJJ atau PJJ).
b.
Pendekatan
Keterampilan Proses[14]
Keterampilan
proses sudah kita kenal semenjak Kurikulum 1984. Hingga saat ini pendekatan
tersebut masih sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum. Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi
dua arah.[15]
Komunikasi dua arah mengindikasikan adanya peran serta aktif pada diri guru dan
murid. Dalam proses pembelajaran murid terlibat secara fisik dan mental,
sehingga apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam. Melalui keterampilan
proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu), mengelola,
mempergunakan, dan mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya
mempelajari isi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana belajar (learning how
to learn). Keterampilan “mendapatkan” pengetahuan itulah yang sangat
ditekan-kan pada pendekatan keterampilan proses. Penerapan pendekatan itu diawali dengan
kegiatan pemanasan, yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan yang akan
dipelajari. Misalnya dengan mengulas pelajaran minggu lalu yang terkait,
meminta pendapat siswa, dsb. Kegiatan ini mengondisikan siswa untuk siap dalam
belajar, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Kegiatan dilanjutkan
dengan serangkaian aktivitas mengamati,
menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan kegiatan
lanjutan, melakukan penelitian, dan mengomunikasikan hasil temuan. Tampaknya,
langkah-langkah pendekatan keterampilan proses sangat menekankan pada aktivitas
akademik belaka. Nilai akademik memang kental sekali, tetapi di tengah
pelaksanaan proses belajar sebetulnya terbangun juga sikap-sikap sosial melalui
kerja sama antarsiswa dalam kelompok dengan sikap sportif saling mendukung.
Misalnya, untuk menemukan suatu konsep anak harus melakukan serangkaian
prosedur. Dalam prosedur ini bisa jadi ada aktivitas yang berat bila dilakukan
anak seorang diri. Untuk mengatasinya, seorang siswa dapat bekerja sama dengan
siswa lainnya. Namun, kerja sama itu tetap harus dibangun berdasarkan tanggung
jawab individu. Bukan sekedar ikut secara kelompok, tetapi siswa tertentu boleh
untuk tidak melakukan apa-apa. Hal
penting lainnya dalam keterampilan proses adalah mengkomunikasikan hasil
temuan. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk mampu menginformasikan temuannya secara lisan atau tulis.
c.
Kegiatan
Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah
dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak
terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan pada
suatu sekolah.[16]
Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan utama persekolahan yang dilakukan
dengan menggunakan jatah waktu yang telah ditentukan dalam struktur program.
Kagiatan ini dilakukan guru dan siswa dalam jam-jam pelajaran tiap hari.
Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai tujuan minimal setiap mata
pelajaran, baik yang tergolong program inti ataupun program khusus.
1)
Kegiatan
Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih menmperdalam dan menghayati
materi pelajaran yang telah dipelajari
dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas.[17]
Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Dalam hal ini,
hal yang perlu diperhatikan ialah menghindari terjadinya pengulangan dan
ketumpang-tindihan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang
lain.
Selain itu, juga perlu dijaga agar para siswa tidak ”overdosis”
karena semua guru memberi tugas dalam waktu yang bersamaan, sehingga siswa
menanggung beban yang sangat berat. Oleh karena itu, koordinasi dan kerja sama
antarguru merupakan hal yang perlu dilakukan, misalnya, melalui analisis pokok
bahasan sejak awal dan merancang kegiatan kokurikulernya.
Dari
pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-hal yang harus
diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:
a)
Kegiatan
kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan
intrakurikuler.[18]
Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kepada siswa mendalami dan menghayati materi pelajaran.
b)
Tidak
menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
c)
Tidak
menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan siswa atau orang tua.
d)
Penanganan
kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem administrasi yang teratur,
pemantauan, dan penilaian.
2)
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang diarahkan
untuk memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan
menerap-kan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam
mata pelajaran program inti dan pilihan.[19]
Walapun sama-sama dilaksanakan di luar jam pelajaran di kelas, bila
dibandingkan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih menekankan pada
kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan memperhatikan
minat dan bakat siswa, serta kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pelaksanaannya
ditangani oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk. Kegiatan keolah-ragaan
seperti bola basket, bola voli, dan pencak silat, dipilih sesuai dengan minat
dan bakat siswa. Begitu pula dalam bidang penalaran seperti jurnalistik dan
kelompok ilmiah remaja. Juga, dalam bidang seni seperti drama, lukis, dan tari.
Keseluruhan bidang ini merupakan wahana untuk memperluas wawasan, serta
membangun nilai dan sikap positif siswa.
d.
Bimbingan
Karier atau penyuluhan
Bimbingan
karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu para siswa memahami dirinya
sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan bimbingan (dan penyuluhan)
dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada
perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan ini terutama
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan pilihan program (bidang
keilmuan) yang terkait dengan masa depannya, seperti dalam pemilihan program
(IPA, IPS, atau Bahasa) dan pemilihan jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan
melanjutkan sekolah.[20]
e.
Penilaian
Berfungsi
sebagai control terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena dari evaluasi dapat
di ketahui tingkatpenguasaan tujuan pelajaran oleh siswa dalam bentuk hasil
belajar yang si capainya.[21]
f.
Administrasi
dan Supervisi Pendidikan
Administrasi
pendidikan di sekolah berhubungan dengan: pengaturan proses pembelajaran,
peralatan pembelajaran, pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan,
keuangan, dsb. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian tujuan
pendidikan, maka semua itu harus dilakukan secara sistematis, terinci, dan
terencana. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh
staf, khususnya guru untuk mengembangkan
proses belejar mengajar yang efektif dan efisien.[22]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi
kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh
sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum
ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang
tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian
materi, serta peran guru dan murid dalam
rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan
kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang
dianutnya.
Adapun cara yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun
struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur
horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran
diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal
berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.
B.
Saran
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami,
makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya pagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurdin,
Safruddin, 2002, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Ciputat Pers.
Zaini, Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum: Konsep
Implementasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras.
Ghofi, Abdul, 1993, Pengenalan Kurikulum Madrasah, Solo: CV,
Ramadhani.
Nurgiyantoro, Burhan,1988, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Sekolah, Yogyakarta: BPFE.
Muhaimin, 1991, Konsep Pendidikan Islam, Solo: CV.Ramadhani.
Hamalik
Oemar, 1993, Pengambangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan,
Bandung: PT. Tri Genda Karya.
[1] Muhaimin, Konsep
Pendidikan Islam, (Solo: CV.Ramadhani, 1991), 41.
[2] Muhammad
Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi dan Inovasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), 61.
[3]
Abdul Ghofir, Pengenalan
Kurikulum Madrasah, (Solo: CV, Ramadhani,1993), 49.
[4] Burhan
Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta:
BPFE,1988), 111.
[5]
Muhammad Zaini,
Ibid., 62.
[6]
Oemar Hamalik, Pengambangan Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: PT. Tri Genda Karya, 1993), 53.
[7]
Muhammad Zaini,Ibid., 65
[8]
Safruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), 44-45.
[9]
[9]
Muhammad Zaini,Ibid., 68.
[10]
Muhammad Zaini,Ibid., 71.
[11]
Muhammad Zaini,Ibid., 72-73.
[12]
Muhammad Zaini,Ibid., 73.
[13]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 130.
[14]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 131
[15]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 131
[16]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 136.
[17]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 137.
[18]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 137.
[19]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 138
[20]
Burhan Nurgyantoro,Ibid., 139.
[21]
Muhammad Zaini, Ibid., 90
[22]
Muhammad Zaini, Ibid., 90
Terima kasih informasinya sangat membantu sekali. Suwun...
BalasHapusizin copas yooo
BalasHapusthanks