Pengikut

Senin, 15 Oktober 2012

supervisi dalam pengelolaan kelas


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan terkait dengan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia peningkatan. Dalam rangka perbaikan mutu pendidikan, pemerintahbtelah melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyedian sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan organisasi sekolah, perbaikan manajemen, pengawasan dan perundang-undangan.
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan, maka akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa kearah lebih baik dan maju.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil dari pemerintah pusat Indonesia. maka peran sekolah kewajiban untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu, pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah, agar segala komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, leader, motivator dan supervisor sekolah.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa definisi dari supervise kelas?
2.      Apa saja pola supervisi kelas?
3.      Apa saja teknik supervisi kelas?
4.      Apa problem dalam supervisi kelas?
C.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui definisi dari supervise kelas.
2.      Dapat mengetahui saja pola supervisi kelas.
3.      Dapat mengetahui teknik supervisi kelas.
4.      Dapat mengetahui problem dalam supervisi kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya).[1]
Sedangkan menurut Burton dan Brueckner, supervisi pendidikan adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendapat lain juga mengatakan bahwasannya supervisi pendidikan adalah setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional, layanan belajar, dan pengembangan kurikulum. Selain itu Kimball wiles juga mengemukakan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih baik. Pendapat ini ini sejalan dengan N.A. Amatembun yang mengemukakan supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah pebaikan situasi pendidikan. Perbaikan ini difokuskan pada kinerja pembelajaran, sehingga guru secara profesional memberikan bantuan dan layanan.[2]
Dalam buku lain di jelaskan bahwasannya Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang di supervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan semestinya yang harus dicapai.[3] Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya. Supervisi adalah pengawas profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuwan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa.[4]
Dengan demikian hakekat supervisi kelas adalah suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.
B.     Pola Supervisi pengajaran
a.       Supervisi Umum
Jangkauan secara supervisi sebenarnya begitu luas, tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang terjadi di kelas ini, oleh Cogan disebut supervisi umum. Menurut mereka supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut hal-hal di luar kelas, seperti gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan layanan tranportasi, kafetaria dan sebagainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi umum tidak secara langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran. Supervisi  yang tidak secara langsung berkaitan dengan berkaitan dengan perbaikan pengajaran tersebut, bisa pula dikategorikan sebagai supervisi administrasif. Pada hakekatnya supervisi merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen pendidikan, yaitu melakuakn kontrol jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan benar dan berkualitas. Oleh karena itu guru, kepala sekolah, penilik sekolah harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, sehingga tercipta suasana akademik di kelas dan suasana manajerial di sekolah yang dinamis, manusiawi, dan mempunyai progres yang jelas dengan suasanan yang menyenangkan bagi warga pendidikan.[5]
b.      Supervisi PBM
Supervisi Proses Belajar Mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk memperbaiki pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atau PBM tersebut umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula disebut supervisi kelas. Dalam pelaksanaanya supevisi PBM tersebut bisa dilakukan melalui model atau bentuk supervisi berikut :
1)      Supervisi klinis
Menurut beberapa ahli supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui observasi langsungterhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar.
Walaupun aspek tujuan supervisi klinis menjadi perhatian utama, namun hubungan tatap muka harus melandasi perwujudan tujuan itu. Menurut mereka supervisi klinis dapat dirumuskan sebagai proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi klinis bisa di pandang sebagai konsep dan bisa pula dipandang sebagai proses kegiatan. Sebagai suatu konsep, supervisi klinis mungkin bisa di pergunakan sebagai pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran. Satu komponen penting dari prosesnya adalah observasi dan analisis pengajaran sebagai dasar untuk feedback bagi guru-guru yang dapat di gunakan sebagai kerangka kerja untuk mengubah dan memperbaiki performansi.[6]
c.       Supervisi kolegial atau kesejawatan
Supervisi kolegal atau kesejawatan ini bisa dimasukkan kedalam teknik supervisi yang bersifat kelompok. Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan supervisi individual. Kelemahan supervisi individual terutama terletak pada kekurangan sempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru, karena hanya diselesaikan berdasarkan berdasarkan pandangan supervisor dan guru yang bersangkutan.
Munculnya supervisi kelompok meminimalkan “power visibility” ini sekaligus merobah peran klien konsultan menjadi kesejawatan.  Menurut Neagley dan Evans munculnya supervisi kelompok tersebut di ilhami oleh “team teaching”. Hal ini bisa diartikan bahwa satu persoalan/ masalah dihadapi atau di pecahkan oleh beberapa orang, sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing. Supervisi kelompok tersebut dalam pelaksanaanya bisa diimplementasikan melalui :
1.      KKG (kelompok Kerja Guru)
Adalah wadah kerja sama guru-guru dalam satu gugus, dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional mereka. Fungsi utamanya adalah menampung dan memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam KBM melalui pertemuan diskusi, pengajaran contoh, demonstrasi penggunaan dan pembuatan alat peraga.
2.      KKKS (Kelompok Kerja kepala sekolah)
Adalah wadah kegiatan dan pembinaan profesional bagi para kepala sekolah dasar guna membicarakan dan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan mereka sebagai kepala sekolah. Fungsinya adalah meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manegerial bagi kepala SD. KKKS ini berorientasi pada perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah baik yang bersifat teknis maupun manajerial.[7]
3.      KKPS (Kelompok Kerja Penilik sekolah)
Adalah suatu wadah pertemuan dan pembinaan profesional bagi para penilik sekolah atau sebagai wahana peningkatan kreativitas pembinaan dan manajerial bagi penilik sekolah. KKPS ini berorientasi kepada perbaikan pelayanan pembinaan supervisi yang dapat meningkatkan kualitas profesional kepala sekolah dan guru.[8]
4.      PKG (Pusat Kegiatan Guru)
Pada dasarnya merupakan pusat kegiatan guru, sekaligus sebagai bengkel kerja, pusat pertemuan, sarana diskusi dan pertukaran pengalaman serta kiat-kiat mengajar dan belajar. Dengan kata lain, PKG berfungsi sebagai sanggar kerja guru. Dalam  supervisi kesejawatan ini, tugas supervisor adalah melatih guru-guru untuk menganalisis performasi mereka sendiri dan performasi guru-guru bergantian berperan sebagai guru dan sebagai supervisor.[9]
C.    Teknik Supervisi Kelas
Ada bermacam-macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru yaitu :
1.      Teknik supervisi yang bersifat kelompok
Yang dimaksud teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik yang digunakan ialah di gunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
Berbagai teknik dapat di gunakan supervisi dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung taupun tidak langsung.
Teknik- tenik supervisi yang bersifat kelompok yang di introdusir oleh pangaribuan dari berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan:
a.       Pertemuan orientasi
Pertemuan ini bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Hal-hal yang di sajikan dalam pertemuan ini meliputi:
1)      Sistem kerja sekolah itu
2)      Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah
3)      Biasanya disringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah
4)      Sering juga pertemuan ini di ikuti dengan tindak lanjut dalam diskusi kelompok, lokakarya selama beberapa hari sepanjang tahun.
5)      Ada juga melalui perkunjungan ketempat-tempat tertentu
6)      Pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama
7)      Tempat pertemuan mempengaruhi orientasi
8)      Terciptanya suasana kerja yaitu bahwa guru baru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa di terima dalam kolmpok guru lain.
Burton mengemukakan bhawa pertemuan orientasi ini merupakan juga pertemuan untuk merencanakan program sekolah. Sebab orientasi ini biasanya di hubungkan dengan rencana pendidikan yang akan dilaksanakn sekolah sepanjang tahun ajaran.[10]
b.      Rapat guru latih
Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatan, tujuan, maupun orang-orang yang menghadirinya. Rapat guru latih akan menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakan yang dicapai dalam rapat.
            Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan rapat:
1)      Tujuan-tujuan yang hendak dicapai hendaklah jelas dan konkrit.
2)      Masalah-masalah yang akan menjadi bahan rapat hendaknya masalah yang timbul dari anggota (guru)  yang di anggap penting oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan guru tersebut.
3)      Problema-problema dan masalah pribadi yang menyangkut masalah rapat tersebut perlu mendapat perhatian.
4)      Pengalaman-pengalaman baru yang di peroleh guru-guru dalam rapat itu nanti hendaknya membawa pertumbuhan pribadi dan jabatan yang sebaik-baiknya.
5)      Partisipasi guru sejak perencanaan sampai pelaksanaan hendaknya dipikirkan cara mengaktifkannya
6)      Persoalan kondisi tempat dan waktu perlu menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan
Masalah pokok yang perlu direncanakan ialah:
1)      Penetapan problema yang akan menjadi inti rapat
2)      Menetapkan tempat dan waktu  dengan segala fasilitas yang di perlukan
3)      Memperhitungkan jumlah peserta
4)      Menetapkan pemimpin rapat dan notulen
5)      Menetapkan masalah pembiayaan jika di perlukan
6)      Menetapkan pembagian tugas dan pengorganisasian.[11]
Dengan perencanaan dan pelaksanaan sedemikian itu diharapkan tujuan rapat, sebagai teknik supervisi pendidikan, bagi guru latih dapat tercapai secara maksimal. Tujuan yang dimaksud menurut shertian ialah menyatukan pandangan-pandangan guru latih tentang suatu masalahdan proses sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, mendorong guru latih menerima dan melaksankan tugas-tugasnya dengan baik, serta menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka ke arah pencapai tujuan pengajaran yang maksimal di lembaga pendidikan tersebut.
Hal ini dapat di capai jika kemampuan pimpinan rapat dalam memimpin dengan cara demokrasi, aspiratif, fokus pada persoalan dan akomodatif.
c.       Studi kelompok antar guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok bahasan telah di tentukan dan di perinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur. Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik berkomunikasi. Untuk memperkaya bahan-bahan itu di perlukan cukup banyak sumber-sumber buku.[12]
Semua aktivitas tersebut perlu diketahui dan dikendalikan oleh supevisor agar kegiatan tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Kehadiran supervisor dapat mendorong perolehan hasil yang maksimal. Dengan demikian studi kelompoknantar guru penting di lakukan untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi pelajarn dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
d.      Diskusi sebagi Pertukaran pikiran atau pendapat
Diskusi merupakn salah satu alat bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru yang berlatih menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lainnya. Melaui teknik ini supervisor dapat membantu para guru latih untuk saling mengetahui, memahami atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari altenatif pemecahan masalah tersebut. Sebagai seorang pemimpin diskusi, supervisor harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif yang dapat membuat setiap anggota diskusi  mau berpartisipasi secara sukarela selama diskusi berlangsung.
Agar pengalaman dan wawasan supervisor lebih baik di banding guru, maka sangat di harapkan bahwa supervisor lebih rajin membaca buku-buku sumber yang membahas seluk beluk kepemimpinan dan buku-buku yang relevan. Faktor kepemimpinan yang dilakukan suprvisor merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya suatu diskusi. Oleh karen aitu suprvisor sebagai pemimpin diskusi harus memiliki ketrampilan diskusi. [13]
e.       Lokakarya
Lokakarya atau yang sering di sebut workshop adapat diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari sejumlah petugas pendidikan yang sedang memecahkan suaru masalh melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat individu.
            Ciri-ciri dari workshop antaralain:
a)      Masalah yang dibahas  bersifat life centred dan muncul dari peserta sendiri
b)      Selalu menggunakan secara maksimal aktifitas mental dan fisik dalam kegiatannya
c)      Metode yang digunakan ialah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan
d)     Berdasarkan keputan bersama
e)      Menggunakan narasumber
f)       Senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku
Prosedur pelaksanann workshop yang benar sperti :
a)      Merumuskan tujuan workshop
b)      Merumuskan pokok-pokok masalah secara terperinci
c)      Menentukan prosedur pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah yang akan dibahas
d)     Menetukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai
e)      Merumuskan rencana tindak lanjut sebagai follow up kegiatan.[14]
2.      Teknik Individual dalam supervisi
Teknik Individual menurut Sahertian adalah teknik yang digunakan pada pribadi seorang guru latih yang mengalami masalah khusus dan memerlukan bimbingan tersendiri dari supervisor.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain yaitu:
a.       Kunjungan kelas
Yakni suatu kunjuangn yang dilakukan supevisor (kepala sekolah) kedalam suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu kunjungan kelas tanpa pemberitahuan dahulu, kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru latih, yang artinya guru latihlah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat pelajaran berlangsung.
b.      Observasi kelas
Obesrvasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang mengajar di suatu kelas. Selama berada di kelas supervisor melakukan pengamatan yang teliti, dengan menggunakan intrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangakan oleh guru latih selama jam pelajaran berlangsungb dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.
c.       Percakapan pribadi
Yakni suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini ia berusaha menyadarkan guru latih akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.[15]
d.      Inter-visitasi
Kunjungan antar kels dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakn suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelbihan berdasarkan pengalaman masing-maing. Sehingga masing-masing dapt memperbaiki kualitas guru memveri layanan belajar kepada pesert didiknya.[16]
e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Dalam hal ini tugas seorang supervisor pendidikan  adalah mempelajari secara obyektif dan terus menurus tentang proses belajar mengajar dan atas dasar itu ia memberikan pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan kepada guru-guru. Seorang supervisor harus mempunyai kemampuan untuk menyeleksi berbagai sumber materi yang di gunakan guru untuk mengajar. Kegiatan menyeleksi ini dilakukan dengan cara bedah kurikulum di mulai dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pelajaran yang dirumuskan oleh guru dalam silabus mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisor bersama guru mengidentifikasi masalah kesulitan guru dalam  kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya di temukan bersama model perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Pemecahan masalah ini, dilakukan dengan catra dialog profesional antara supervisor dengan guru untuk mengkaji ide baru. Sehingga, ditemukan cara perbaikan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar.
f.       Menilai diri sendiri
Dalam teknik ini, guru latih sendiri melakukan penilaian terhadap penampilannya pada saat sedang mengajar dengan melakukan penilaian terhadap penampilannya pada saat sedang mengajar denagn meminta para pserta didiknya mengamati, mengomentari, dan menilai tindakan-tindakan atau perilaku yang di tampilkannya selama mengajar.
3.      Perilaku supervisor yang diharapkan
Salah satu pendukung keberhasilan dalam melaksanakan supervisi ialah perilaku supervisor sendiri. Faktor manusia dibelakang tugas mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan misi supervisi. Supervisi yang berhasil adalah mereka yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri supervisee (orang yang berkenaan dengan supervisi).[17]
Sifat utama yang harus dimiliki supervisor terdiri dari:
a.       Sifat yang berhubungan dengan kepribadiannya
Supervisor harus meningkatkan kesadaran akan perlunya  meningkatkan kualitas diri secara terus menurus. Itulah sebabnya supervisor harus memiliki kepribadian antara lain: memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal, bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam segala hal, keterbukaan tidak menyembunyikan seseuatu yang dirahasiakan, tidak kehabisan inisiatif, tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan, dan mempunyai daya tahan dan psikis yang tinggi, tidak cepat putus asa. Dengan demikan  inilah pengalaman yang mendapat pengakuann bahwa supervisor itu mumpuni bidang pembelajaran.
b.      Sifat yang berhubungan dengan profesi
Sikap yang ditampilkan oleh supervisor harus menunjukkan semangat ingin mengetahui dengan lebih mendalam perihal profesi guru. Disamping memiliki kepribadian yang teruji, seorang supervisor juga harus teruji kemampuannya merumuskan hipotesis-hipotesis yang bermutu. Kemampuan ini ditampakkan pada kemampuannya menghargai produk-produk intelektual dan meningkatkan kinerja profesional guru pembelajaran.
c.       Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki “Supervisee”
Menurut pendapat dan harapan Supervisee atau para guru yang di Supervisi mereka membutuhkan Supervisor yang dapat memberikan bantuan kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Kesulitan-kesulitan guru yang perlu di bantu oleh supervisor antara lain dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Guru perlu di bantu untuk memahami standar isi dan menurunkannya menjadi silabus mata pelajaranyang menjadi tanggung jawabnya.
Adapun yang diharapkan oleh supervisee kepada supervisor adalah hendaknya supervisor :
1)      Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan disekolah
2)      Bersifat simpatik yang tinggi terhadap murid dan guru dalam pembelajaran
3)      Mempunyai sikap terbuka dan lugas
4)      Mempunyai daya humor yang mendidik
5)      Percaya diri
6)      Tidak terlalu mencari masalah-masalah kecil
7)      Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu pada yang di supervisinya
8)      Kritis dan luas pengetahuannya
9)      Dapat mengemukakan ide-ide baru yang konstruktif
10)  Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapih dengan tampilan yang menarik.[18]
Harapan ini adalah sesuatu yang sangat situasional, artinya tidaklah seluruhnya secara simultan di tampakkan.
d.      Supervisor yang demokratis harapan semua pihak
Supervisor yang demokratis mempunyai daya kritis yang tinggi, mengetahui secara detail problem pengajaran. Profil yang demikian ini diharapkan selalu berusaha secara kontinu menjalin pertalian dan kesatuan yang optimal di antar guru-gurunya.
Supervisor yang kritis memiliki ciri-ciri sebagaimana saya diskripsikan pada tabel dibawah ini :
No
Otokratis
No
Demokratis
1.
Beranggapan bahwa ia dapat melihat dan mengemukanan semua segi-segi masalah yang dihadapinya
1.
Menyadari bahwa kemampuan sekian puluh anggota stafnya merupakan potensi yang dapat melebihi kemampunnya sendiri
2.
Tidak tahu/mau memanfaatkan pengalaman orang lain.
2.
Dapat da berusaha memanfaatkan pengalaman orang lain
3.
Tidak dapat/ bersesdia melepaskan kekuasaan dari tangannya
3.
Tahu bagaiman mendelegasikan tugas dan tanggungjawab
4.
Berprasangka terhadap ide-ide baru
4.
Dapat kelas mengakui dan menghargai ide orang lain
5.
Biasanya sangat tertarik pada pekerjaan-pekerjaan rutinnya, sehingga sukar melihat masalah-masalah yang lebih besar
5.
Dapat melepaskan diri dari tugas-tugas rutin, sehingga dapat mengembangkan kepemimpinan yang kreatif
6.
Mempunyai sifat kebapkan (ke aku-an) sebagai yang lebih tahu
6.
Memelihara sikap ramah sebagai penolong dan penasehat
7.
Tidak mau mengakui bahwa ia memiliki sifat otokartis
7.
Selalu berusaha menerapkan cara-cara yang demokratis
8.
Kurang memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju kedepan sebagai pemimpin.
8.
Selalu mengusahakan melaksanakan  adalah tugas memimpin menimbulkan kepemimpinan pada yang di pimpin
Oleh karena itu sebagai solusinya harus tampil supervisor yang bersikap demokratis yang membangun kreatifitas dan inivatif dalam pembelajaran oleh guru. Supervisor pendidakan dilaksanakan disekolah dengan melaksanakan berbagai aktifitas yang dapat membantu supervisor membina situasi belajar mengajar melalui pemberian pelayanan kepada tenaga-tenaga kependidikan yang ada di sekolah.    `[19]
4.      Diskusi panel
Adalah suatu bentuk diskusi yang dipantaskan dihadapan sejumlah partisipan atau pendengar. Dalam diskusi tersebut suatu masalah dihadapkan kepada sejumlah ahli yang memiliki keahlian di bidang masalah yang sedang di diskusikan. Karena itulah bentuk diskusi ini sering di sebut dengan percakapan tingkat tinggi atau Glorified corversation
Diskusi panel di selenggarakan dengan pedoman pada prosedur:
a.       Moderator menghantarkan problema secara umum
b.      Moderator menimbulkan problema secara bertahap
c.       Secara spontan terjadilah diskusi antara para panelis (moderator mengatur pembicaraan para panelis sehinggga tidak ada yang saling mendahului)
d.      Moderator berfungsi mengarahkan setiap problema, supaya tetap dalam ruang lingkup pembahasan.
e.       Setiap problema yang dibahas dirumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan sementara
f.       Setelah itu moderator menyerahkan problema baru untuk di diskusikan dst
g.      Pada akhirnya moderator erumuskan pokok-pokok diskusi yang akan dibahas bersama denga kelompok. Seluruhnya.[20]
5.      Seminar sebagai sarana pendalam berbagai masalah pembelajaran.
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang dikikuti oleh suatu kelompok pertemuan ilmiah untuk mendiskusikan, membahas, dan memperdebatkan suatu masalah yang berhubungan dengan suatu topik. Baik teoritis maupun praktis dibawahpimpinan seorang ketua sidang dan disajikan kepada audiens. Dalam seminar berbagai masalah dapat dibahas, seperti bagaimana menyusun silabus yang mengacu standart isi, bagaimana cara mengatasi anak-anak yang selalu membuat keributan di kelas, bagaiman membantu anak-anak yang menampilkan tingkah laku yang menyimpang, bagaiman upaya meningkatkan kreativitas guru latih dalam kegiatan pembelajaran.[21]
6.      Simposium sebagai sarana bertukar pikiran
Simposium adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topik, atau topik-topik yang berkaitan dengan problematika mengajar. Dapat diartikan juga sebagai sekumpulan karangan pendek tentang sesuatu pokok masalah yang ditulis sejumlah ahli dan diterbitkan menjadi buku. Dalam praktiknya supervisor dapat memanfaatkan para ahli dari perguruan tinggi sebagai narasumber untuk membahas topik tertentu yang telah disepakati bersama guru binaanya.[22]
7.      Demonstrasi mengajar
Adalah satu upaya supervisor membantu supervisee dengan menunjukkan kepada mereka bagaimanan mengajar yang baik. Dengan demonstrasi mengajar, supervisor mempraktekkan penggunaan metode-metode mengajar yang tepat, atau metode mengajar yang baru, atau penggunaan alat-alat bantu mengajar, penggunaan alat evaluasi, dan sebagainya. Selama demostrasi berlangsung, para guru latih mencatat dengan teliti apa yang ditampilkan oleh supervisor dan catatan itu nanti akan didiskusikan bersama dengan peninjau-peninjau lainnya, para guru latih, dan supervisor sendiri setelah demonstrasi selasai.
Teknik ini memang efektif dalam situasi tertententu, namun pada situasi yang lain teknik ini mengandung banyak kelemahan terutama jika supervisor merupakan pihak yang di angakat karena jabatan dan pengalaman bukan karena kemahiran atau kepemilikannya atas kemampuan dan ketrampilan mengajar.[23]
8.      Buletin supervisi sebagai salah satu alat komunikasi
Buletin supervisi adalah salah satu bentuk alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat membantu guru latih-guru latih dalam memperbaiki situasi belajar mengajar.
Buletin supervisi yang dimaksud bermacam jenisnya, diantaranya adalah :
a.         Buletin untuk intruksi umum, maksudnya suatu bentuk komunikasi yang berisi intruksi-intruksi dari pimpinan dalam membantu guru latih.
b.         Buletin khusus untuk gari latih, yakni bentuk komunikasi yang memberi kesmpatan kepada guru latih-guru latih untuk membuat persiapan bagi sesuati rapat yang akan disesuaikan dengan kemampuan mereka.
c.         Buletin tindak lanjut sesuatu keputusan rapat, yakni bentuk komunikasi yang memberi kesempatan kepada guru latih-guru latih dan supervisor sendiri untuk menindak lanjuti kesepakan-kesepakan yang telah dicapai melaui suatu rapat.
Masih banyak lagi teknik-teknik yang bersifat kelompok yang dapat dikembangkan oleh supervisor dalam membantu guru untuk berlatih dan personalia pendidikan lainnya untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki situasi belajar mengajar. [24]
D.    Problem Supervisi Kelas
1.      Masalah-masalah yang dihadapai supervisi pendidikan :
a.       Perbedaan konsep inspeksi dan supervisi pendidikan
b.      perbedaan fungsi :
1)      Inspeksi merupakan suatu jabatan (position) dalam suatu jawatan
2)      Supervisi merupakan suatu fungsi (funcition) untuk membina perbaikan suatu situasi
c.       Perbedaan prinsip:
1)      Inpeksi dilaksanakan berdasarkan prinsip otokrasi atau pengawas
2)      Supersvisi dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi yang dijiwai oleh falsafah pancasila.
d.      Pebedaan interpretasi terminologis
e.       Pebedaan aktualisasi fungsi sebagai administrator dan supervisor pendidikan :
1)      Administrator berfungsi mengatur agar segala sesuatu berjalan dengan baik
2)      Supervisor berfungsi membina agar sesuatu itu berjalan secara lebih baik dan lebih lancar lagi(meningkatkan mutu) dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
f.       Perbedaan konsepsional tentang kepemimpinan dan kekuasaan kekuatan (mendapat yang diberikan tidak disertai wewenang bertindak, sehingga bukan hanya sulit, ia jugatidak tau apa yang menjadi wewenangnya.
2.      Masalah-masalah yang dihadapi supervisor
a.       Masalah dan proporsinya
Kadang-kadang sesuatu hal tidak dianggap suatu problem, karena hanya merupakan sebab timbulnyasuatu problem
b.      Masalah praktis
1)      Masalah-maslah kepemimpinan (leadership)
2)      Masalah-masalah proses kelompok (group proses)
3)      Masalah-masalah hubungan insani (human relation)
4)      Masalah-masalah administrasi personal
5)      Masalah-masalah penilaian (evaluation)
3.      Respon terhadap masalah-masalah supervise
a.       Berpedomankan prinsip
Yaitu prinsip pendidikan dan prinsip-prinsip supervisi pendidikan, baik yang fundamental maupun yang praktis.
b.      Bekerja sistematis
1)      Mengumpulkan data yang merupakan masalah.
2)      Mengumpulkan sebab.
3)      Memilih dan mengkalsifikasikan sebab-sebab yang dapat dianggap berlaku pada sebuah persolan.
4)      Mampertimbangkan dan membandingkan sebab.
5)      Manyimpulkan dan meninjau segala kemungkinan yang dapat meniadakan sebab timbulnya masalah.
6)      Menyusun tahap-tahap penyelesaian data.
c.       Berkepribadian
Kepribadian yang telah terintegrasi yan sanggup mengambil keputusan dengan penuh rasa tanggung jawab,akan lebih memudahkan dan mengefektifkan pemecahan-pemecahan masalah hidup.[25]





               










BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      supervisi kelas adalah suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.
2.      Pola Supervisi pengajaran ada 3 yaitu:
a.       Supervisi Umum
b.      Supervisi PBM
c.       Supervisi kolegial atau kesejawatan
3.      Teknik supervisi
a.       Teknik supervisi yang bersifat kelompok
b.      Teknik Individual dalam supervisi
c.       Perilaku supervisor yang diharapkan
d.      Diskusi panel
e.       Seminar sebagai sarana dan prasarana pendalaman berbagai masalah pembelajaran
f.       Simposium sebagai sarana bertukar pikiran
g.      Demonstrasi mengajar
h.      Buletin supervisi sebagai salah satu alat komunikasi
4.      Problem supervisi kelas
1.      Masalah-masalah yang dihadapai supervisi pendidikan :
a.       Perbedaan konsep inspeksi dan supervisi pendidikan
b.      perbedaan fungsi
c.       Perbedaan prinsip
d.      Pebedaan interpretasi terminologis
e.       Pebedaan aktualisasi fungsi sebagai administrator dan supervisor pendidikan
f.       Perbedaan konsepsional tentang kepemimpinan dan kekuasaan kekuatan (mendapat yang diberikan tidak disertai wewenang bertindak, sehingga bukan hanya sulit, ia jugatidak tau apa yang menjadi wewenangnya.
2.      Masalah-masalah yang dihadapi supervisor
a.       Masalah dan proporsinya
b.      Masalah praktis
3.      Respon terhadap masalah-masalah supervise
a.       Berpedomankan prinsip
b.      Bekerja sistematis
4.      Berkepribadian
B.     SARAN
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pagi para pembaca.












DAFTAR PUSTAKA
Sahertian, Piet A.  Dan Mataheru Dip. Ed. Ad , Frans. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usana Offset Printing.
Sagala Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung:  CV. ALFABETA.
Suhardan, Dadang. 2010, Supervisi profesional, Bandung: CV. ALFABETA.
Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,Bandung: CV. ALFABETA.
Http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2025209-tujuan-supervisi-pendidikan.



[1] Drs. Piet A sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), 18.
[2] Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:  CV. ALFABETA, 2011), 194-195.
[3] Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, Supervisi profesional, (Bandung:  AlFABETA, 2010),35.
[4] Ibid., 36.
[5] Prof. Dr. Hj. Sri Banun Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010), 95-96.
[6] Ibid., 97-101.
[7] Ibid., 104.
[8] Ibid.,105.
[9] Ibid.,106
[10] Drs. Piet A sahertian dan Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Ibid. ,84-86.
[11] Ibid., 89-90
[12] Ibid., 96-97.
[13] Prof. Dr. H, Syaiful Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Ibid., 213-214.
[14] Ibid., 214-215
[15] Ibid., 217
[16] Ibid., 217
[17] Ibid., 219-220.
[18] Ibid.,221-222.
[19] Ibid., 222-223
[20] Ibid., 224-225.
[21] Ibid., 225.
[22] Ibid., 226.
[23] Ibid., 226-227.
[24] Ibid., 227.
[25] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2025209-tujuan-supervisi-pendidikan.

2 komentar: