BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Penyelenggaraan pendidikan terkait dengan peningkatan mutu Sumber Daya
Manusia peningkatan. Dalam rangka perbaikan mutu pendidikan, pemerintahbtelah
melakukan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyedian sarana dan
prasarana, perbaikan kesejahteraan guru, perbaikan organisasi sekolah,
perbaikan manajemen, pengawasan dan perundang-undangan.
Pendidikan
merupakan persoalan penting bagi setiap segi kamajuan dan perkembangan manusia
pada khusunya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan dalam segi pendidikan, maka
akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan perkembangan bangsa kearah
lebih baik dan maju.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang berperan sebagai salah satu wakil dari
pemerintah pusat Indonesia. maka peran sekolah kewajiban untuk dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah
merupakan faktor penentu, pengerak segala sumber daya yang ada dalam sekolah,
agar segala komponen yang di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah berfungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, leader, motivator dan supervisor sekolah.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa definisi
dari supervise kelas?
2.
Apa saja pola
supervisi kelas?
3.
Apa saja
teknik supervisi kelas?
4.
Apa problem
dalam supervisi kelas?
C.
Tujuan
1.
Dapat
mengetahui definisi dari supervise kelas.
2.
Dapat
mengetahui saja pola supervisi kelas.
3.
Dapat
mengetahui teknik supervisi kelas.
4.
Dapat
mengetahui problem dalam supervisi kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi
Supervisi
secara etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat
dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktifitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Terdapat
beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya
istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah
tersebut antara lain: pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan
mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat
bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki
dalam suatu pekerjaan.
Menurut P.
Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Inti dari
supervisi pada hakekatnya adalah memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program
ini dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja
yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan
lainnya).[1]
Sedangkan menurut Burton dan Brueckner, supervisi pendidikan adalah suatu
teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendapat lain juga mengatakan bahwasannya supervisi pendidikan adalah setiap
layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan intruksional,
layanan belajar, dan pengembangan kurikulum. Selain itu Kimball wiles juga
mengemukakan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu bantuan dalam pengembangan
dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih baik. Pendapat ini ini sejalan
dengan N.A. Amatembun yang mengemukakan supervisi pendidikan adalah pembinaan
kearah pebaikan situasi pendidikan. Perbaikan ini difokuskan pada kinerja
pembelajaran, sehingga guru secara profesional memberikan bantuan dan layanan.[2]
Dalam buku
lain di jelaskan bahwasannya Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus
dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang
di supervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat
melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan
yang seharusnya, yaitu kegiatan semestinya yang harus dicapai.[3]
Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya.
Supervisi adalah pengawas profesional dalam bidang akademik, dijalankan
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuwan tentang bidang kerjanya, memahami tentang
pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa.[4]
Dengan demikian hakekat supervisi kelas adalah
suatu aktivitas proses pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar
agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan
prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat.
B. Pola Supervisi pengajaran
a. Supervisi Umum
Jangkauan secara supervisi sebenarnya begitu
luas, tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas,
tetapi juga kegiatan-kegiatan yang terjadi di kelas ini, oleh Cogan disebut
supervisi umum. Menurut mereka supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut
hal-hal di luar kelas, seperti gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan
layanan tranportasi, kafetaria dan sebagainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
supervisi umum tidak secara langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran.
Supervisi yang tidak secara langsung
berkaitan dengan berkaitan dengan perbaikan pengajaran tersebut, bisa pula
dikategorikan sebagai supervisi administrasif. Pada hakekatnya supervisi
merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen pendidikan, yaitu melakuakn
kontrol jaminan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan benar dan berkualitas.
Oleh karena itu guru, kepala sekolah, penilik sekolah harus menjalankannya
dengan penuh tanggung jawab, sehingga tercipta suasana akademik di kelas dan
suasana manajerial di sekolah yang dinamis, manusiawi, dan mempunyai progres
yang jelas dengan suasanan yang menyenangkan bagi warga pendidikan.[5]
b. Supervisi PBM
Supervisi Proses Belajar Mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk
memperbaiki pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar atau PBM tersebut umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula
disebut supervisi kelas. Dalam pelaksanaanya supevisi PBM tersebut bisa
dilakukan melalui model atau bentuk supervisi berikut :
1) Supervisi klinis
Menurut
beberapa ahli supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam
memperbaiki pengajaran. Supervisi klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang terjadi
di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui
observasi langsungterhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar.
Walaupun aspek
tujuan supervisi klinis menjadi perhatian utama, namun hubungan tatap muka
harus melandasi perwujudan tujuan itu. Menurut mereka supervisi klinis dapat
dirumuskan sebagai proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah
laku yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Supervisi
klinis bisa di pandang sebagai konsep dan bisa pula dipandang sebagai proses
kegiatan. Sebagai suatu konsep, supervisi klinis mungkin bisa di pergunakan
sebagai pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran. Satu komponen
penting dari prosesnya adalah observasi dan analisis pengajaran sebagai dasar
untuk feedback bagi guru-guru yang dapat di gunakan sebagai kerangka kerja
untuk mengubah dan memperbaiki performansi.[6]
c. Supervisi kolegial atau kesejawatan
Supervisi kolegal atau kesejawatan ini bisa
dimasukkan kedalam teknik supervisi yang bersifat kelompok. Supervisi kelompok
muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan supervisi individual. Kelemahan
supervisi individual terutama terletak pada kekurangan sempurnaan dalam
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru, karena hanya diselesaikan
berdasarkan berdasarkan pandangan supervisor dan guru yang bersangkutan.
Munculnya supervisi kelompok meminimalkan “power
visibility” ini sekaligus merobah peran klien konsultan menjadi
kesejawatan. Menurut Neagley dan Evans
munculnya supervisi kelompok tersebut di ilhami oleh “team teaching”.
Hal ini bisa diartikan bahwa satu persoalan/ masalah dihadapi atau di pecahkan
oleh beberapa orang, sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing.
Supervisi kelompok tersebut dalam pelaksanaanya bisa diimplementasikan melalui
:
1. KKG (kelompok Kerja Guru)
Adalah wadah
kerja sama guru-guru dalam satu gugus, dalam upaya meningkatkan kemampuan
profesional mereka. Fungsi utamanya adalah menampung dan memecahkan masalah
yang dihadapi guru dalam KBM melalui pertemuan diskusi, pengajaran contoh,
demonstrasi penggunaan dan pembuatan alat peraga.
2. KKKS (Kelompok Kerja kepala sekolah)
Adalah wadah
kegiatan dan pembinaan profesional bagi para kepala sekolah dasar guna
membicarakan dan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
mereka sebagai kepala sekolah. Fungsinya adalah meningkatkan kualitas
kepemimpinan dan manegerial bagi kepala SD. KKKS ini berorientasi pada
perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah baik yang bersifat teknis maupun
manajerial.[7]
3. KKPS (Kelompok Kerja Penilik sekolah)
Adalah suatu
wadah pertemuan dan pembinaan profesional bagi para penilik sekolah atau
sebagai wahana peningkatan kreativitas pembinaan dan manajerial bagi penilik
sekolah. KKPS ini berorientasi kepada perbaikan pelayanan pembinaan supervisi
yang dapat meningkatkan kualitas profesional kepala sekolah dan guru.[8]
4. PKG (Pusat Kegiatan Guru)
Pada dasarnya
merupakan pusat kegiatan guru, sekaligus sebagai bengkel kerja, pusat
pertemuan, sarana diskusi dan pertukaran pengalaman serta kiat-kiat mengajar
dan belajar. Dengan kata lain, PKG berfungsi sebagai sanggar kerja guru.
Dalam supervisi kesejawatan ini, tugas
supervisor adalah melatih guru-guru untuk menganalisis performasi mereka
sendiri dan performasi guru-guru bergantian berperan sebagai guru dan sebagai
supervisor.[9]
C. Teknik Supervisi Kelas
Ada bermacam-macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru yaitu :
1. Teknik supervisi yang bersifat kelompok
Yang dimaksud teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik
yang digunakan ialah di gunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah
guru dalam satu kelompok.
Berbagai teknik dapat di gunakan supervisi dalam membantu guru meningkatkan
situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun
dengan cara langsung taupun tidak langsung.
Teknik- tenik supervisi yang bersifat kelompok yang di introdusir oleh
pangaribuan dari berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan:
a. Pertemuan orientasi
Pertemuan ini bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana
kerja yang baru. Hal-hal yang di sajikan dalam pertemuan ini meliputi:
1) Sistem kerja sekolah itu
2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah
3) Biasanya disringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan
situasi sekolah
4) Sering juga pertemuan ini di ikuti dengan tindak lanjut dalam diskusi
kelompok, lokakarya selama beberapa hari sepanjang tahun.
5) Ada juga melalui perkunjungan ketempat-tempat tertentu
6) Pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah makan bersama
7) Tempat pertemuan mempengaruhi orientasi
8) Terciptanya suasana kerja yaitu bahwa guru baru itu tidak merasa asing
tetapi ia merasa di terima dalam kolmpok guru lain.
Burton mengemukakan bhawa pertemuan orientasi ini merupakan juga pertemuan
untuk merencanakan program sekolah. Sebab orientasi ini biasanya di hubungkan
dengan rencana pendidikan yang akan dilaksanakn sekolah sepanjang tahun ajaran.[10]
b. Rapat guru latih
Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis
kegiatan, tujuan, maupun orang-orang yang menghadirinya. Rapat guru latih akan
menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakan yang dicapai
dalam rapat.
Beberapa hal yang hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan rapat:
1) Tujuan-tujuan yang hendak dicapai hendaklah jelas dan konkrit.
2) Masalah-masalah yang akan menjadi bahan rapat hendaknya masalah yang timbul
dari anggota (guru) yang di anggap
penting oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan guru tersebut.
3) Problema-problema dan masalah pribadi yang menyangkut masalah rapat
tersebut perlu mendapat perhatian.
4) Pengalaman-pengalaman baru yang di peroleh guru-guru dalam rapat itu nanti
hendaknya membawa pertumbuhan pribadi dan jabatan yang sebaik-baiknya.
5) Partisipasi guru sejak perencanaan sampai pelaksanaan hendaknya dipikirkan
cara mengaktifkannya
6) Persoalan kondisi tempat dan waktu perlu menjadi bahan pertimbangan dalam
perencanaan
Masalah pokok yang perlu direncanakan ialah:
1) Penetapan problema yang akan menjadi inti rapat
2) Menetapkan tempat dan waktu dengan
segala fasilitas yang di perlukan
3) Memperhitungkan jumlah peserta
4) Menetapkan pemimpin rapat dan notulen
5) Menetapkan masalah pembiayaan jika di perlukan
6) Menetapkan pembagian tugas dan pengorganisasian.[11]
Dengan perencanaan dan pelaksanaan sedemikian itu diharapkan tujuan rapat,
sebagai teknik supervisi pendidikan, bagi guru latih dapat tercapai secara
maksimal. Tujuan yang dimaksud menurut shertian ialah menyatukan
pandangan-pandangan guru latih tentang suatu masalahdan proses sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan, mendorong guru latih menerima dan melaksankan
tugas-tugasnya dengan baik, serta menyatukan pendapat tentang metode kerja yang
akan membawa mereka ke arah pencapai tujuan pengajaran yang maksimal di lembaga
pendidikan tersebut.
Hal ini dapat di capai
jika kemampuan pimpinan rapat dalam memimpin dengan cara demokrasi, aspiratif,
fokus pada persoalan dan akomodatif.
c. Studi kelompok antar guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis
berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan
pelajaran. Pokok bahasan telah di tentukan dan di perinci dalam garis-garis
besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara
teratur. Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik
berkomunikasi. Untuk memperkaya bahan-bahan itu di perlukan cukup banyak
sumber-sumber buku.[12]
Semua aktivitas tersebut perlu diketahui dan
dikendalikan oleh supevisor agar kegiatan tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal
yang tidak ada kaitannya dengan materi. Kehadiran supervisor dapat mendorong
perolehan hasil yang maksimal. Dengan demikian studi kelompoknantar guru penting
di lakukan untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi pelajarn dan kualitas
dalam memberi layanan belajar.
d. Diskusi sebagi Pertukaran pikiran atau pendapat
Diskusi merupakn salah
satu alat bagi supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri
para guru yang berlatih menghadapi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara
melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lainnya. Melaui teknik ini
supervisor dapat membantu para guru latih untuk saling mengetahui, memahami
atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha
mencari altenatif pemecahan masalah tersebut. Sebagai seorang pemimpin diskusi,
supervisor harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif yang dapat membuat
setiap anggota diskusi mau berpartisipasi
secara sukarela selama diskusi berlangsung.
Agar pengalaman dan
wawasan supervisor lebih baik di banding guru, maka sangat di harapkan bahwa
supervisor lebih rajin membaca buku-buku sumber yang membahas seluk beluk
kepemimpinan dan buku-buku yang relevan. Faktor kepemimpinan yang dilakukan
suprvisor merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya suatu diskusi. Oleh
karen aitu suprvisor sebagai pemimpin diskusi harus memiliki ketrampilan
diskusi. [13]
e. Lokakarya
Lokakarya atau yang sering di sebut workshop
adapat diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari sejumlah
petugas pendidikan yang sedang memecahkan suaru masalh melalui percakapan dan
bekerja secara kelompok maupun bersifat individu.
Ciri-ciri dari workshop
antaralain:
a) Masalah yang dibahas bersifat life
centred dan muncul dari peserta sendiri
b) Selalu menggunakan secara maksimal aktifitas mental dan fisik dalam
kegiatannya
c) Metode yang digunakan ialah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan
penyelidikan
d) Berdasarkan keputan bersama
e) Menggunakan narasumber
f) Senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping memperkembangkan
pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku
Prosedur pelaksanann workshop yang benar sperti :
a) Merumuskan tujuan workshop
b) Merumuskan pokok-pokok masalah secara terperinci
c) Menentukan prosedur pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah yang
akan dibahas
d) Menetukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai
e) Merumuskan rencana tindak lanjut sebagai follow up kegiatan.[14]
2. Teknik Individual dalam supervisi
Teknik Individual menurut Sahertian adalah teknik yang digunakan pada
pribadi seorang guru latih yang mengalami masalah khusus dan memerlukan
bimbingan tersendiri dari supervisor.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain yaitu:
a. Kunjungan kelas
Yakni suatu kunjuangn yang dilakukan supevisor (kepala sekolah) kedalam
suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan dengan tujuan untuk
membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah selama mengadakan kegiatan
pembelajaran. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu kunjungan
kelas tanpa pemberitahuan dahulu, kunjungan dengan pemberitahuan terlebih
dahulu, dan kunjungan atas undangan guru latih, yang artinya guru latihlah yang
mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat pelajaran berlangsung.
b. Observasi kelas
Obesrvasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu
kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang
mengajar di suatu kelas. Selama berada di kelas supervisor melakukan pengamatan
yang teliti, dengan menggunakan intrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang
diciptakan dan dikembangakan oleh guru latih selama jam pelajaran berlangsungb
dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.
c. Percakapan pribadi
Yakni suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru latih dengan
mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih. Umumnya materi
yang dipercakapkan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi yang
dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini ia berusaha menyadarkan guru
latih akan kelebihan dan kekurangannya. Mendorong agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya.[15]
d. Inter-visitasi
Kunjungan antar kels dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakn
suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru atau
kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar.
Manfaatnya dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelbihan
berdasarkan pengalaman masing-maing. Sehingga masing-masing dapt memperbaiki
kualitas guru memveri layanan belajar kepada pesert didiknya.[16]
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Dalam hal ini tugas seorang supervisor pendidikan adalah mempelajari secara obyektif dan terus
menurus tentang proses belajar mengajar dan atas dasar itu ia memberikan
pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan kepada guru-guru. Seorang
supervisor harus mempunyai kemampuan untuk menyeleksi berbagai sumber materi
yang di gunakan guru untuk mengajar. Kegiatan menyeleksi ini dilakukan dengan
cara bedah kurikulum di mulai dengan menganalisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pelajaran yang dirumuskan oleh guru dalam silabus
mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervisor bersama guru mengidentifikasi masalah kesulitan guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya
di temukan bersama model perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Pemecahan
masalah ini, dilakukan dengan catra dialog profesional antara supervisor dengan
guru untuk mengkaji ide baru. Sehingga, ditemukan cara perbaikan dan
pengembangan kegiatan belajar mengajar.
f. Menilai diri sendiri
Dalam teknik ini, guru latih sendiri melakukan penilaian terhadap
penampilannya pada saat sedang mengajar dengan melakukan penilaian terhadap
penampilannya pada saat sedang mengajar denagn meminta para pserta didiknya
mengamati, mengomentari, dan menilai tindakan-tindakan atau perilaku yang di
tampilkannya selama mengajar.
3. Perilaku supervisor yang diharapkan
Salah satu pendukung keberhasilan dalam melaksanakan supervisi ialah
perilaku supervisor sendiri. Faktor manusia dibelakang tugas mempunyai pengaruh
besar dalam keberhasilan misi supervisi. Supervisi yang berhasil adalah mereka
yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri supervisee (orang yang
berkenaan dengan supervisi).[17]
Sifat utama
yang harus dimiliki supervisor terdiri dari:
a. Sifat yang berhubungan dengan kepribadiannya
Supervisor
harus meningkatkan kesadaran akan perlunya
meningkatkan kualitas diri secara terus menurus. Itulah sebabnya
supervisor harus memiliki kepribadian antara lain: memperhatikan perbuatan
nyata dalam segala hal, bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam
segala hal, keterbukaan tidak menyembunyikan seseuatu yang dirahasiakan, tidak
kehabisan inisiatif, tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan, dan mempunyai
daya tahan dan psikis yang tinggi, tidak cepat putus asa. Dengan demikan inilah pengalaman yang mendapat pengakuann
bahwa supervisor itu mumpuni bidang pembelajaran.
b. Sifat yang berhubungan dengan profesi
Sikap yang ditampilkan oleh supervisor harus menunjukkan semangat ingin
mengetahui dengan lebih mendalam perihal profesi guru. Disamping memiliki
kepribadian yang teruji, seorang supervisor juga harus teruji kemampuannya
merumuskan hipotesis-hipotesis yang bermutu. Kemampuan ini ditampakkan pada
kemampuannya menghargai produk-produk intelektual dan meningkatkan kinerja
profesional guru pembelajaran.
c. Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki “Supervisee”
Menurut pendapat dan harapan Supervisee atau para guru yang di Supervisi
mereka membutuhkan Supervisor yang dapat memberikan bantuan kesulitan guru
dalam melaksanakan tugas pengajaran. Kesulitan-kesulitan guru yang perlu di
bantu oleh supervisor antara lain dalam menyusun kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Guru perlu di bantu untuk memahami standar isi dan menurunkannya
menjadi silabus mata pelajaranyang menjadi tanggung jawabnya.
Adapun yang diharapkan oleh supervisee kepada supervisor adalah hendaknya
supervisor :
1) Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan disekolah
2) Bersifat simpatik yang tinggi terhadap murid dan guru dalam pembelajaran
3) Mempunyai sikap terbuka dan lugas
4) Mempunyai daya humor yang mendidik
5) Percaya diri
6) Tidak terlalu mencari masalah-masalah kecil
7) Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu pada yang di supervisinya
8) Kritis dan luas pengetahuannya
9) Dapat mengemukakan ide-ide baru yang konstruktif
10) Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapih dengan tampilan yang
menarik.[18]
Harapan ini adalah
sesuatu yang sangat situasional, artinya tidaklah seluruhnya secara simultan di
tampakkan.
d. Supervisor yang demokratis harapan semua pihak
Supervisor yang demokratis mempunyai daya kritis yang tinggi, mengetahui
secara detail problem pengajaran. Profil yang demikian ini diharapkan selalu
berusaha secara kontinu menjalin pertalian dan kesatuan yang optimal di antar
guru-gurunya.
Supervisor yang kritis memiliki ciri-ciri sebagaimana saya diskripsikan
pada tabel dibawah ini :
No
|
Otokratis
|
No
|
Demokratis
|
1.
|
Beranggapan bahwa ia dapat melihat dan mengemukanan semua segi-segi
masalah yang dihadapinya
|
1.
|
Menyadari bahwa kemampuan sekian puluh anggota stafnya merupakan potensi
yang dapat melebihi kemampunnya sendiri
|
2.
|
Tidak tahu/mau memanfaatkan pengalaman orang lain.
|
2.
|
Dapat da berusaha memanfaatkan pengalaman orang lain
|
3.
|
Tidak dapat/ bersesdia melepaskan kekuasaan dari tangannya
|
3.
|
Tahu bagaiman mendelegasikan tugas dan tanggungjawab
|
4.
|
Berprasangka terhadap ide-ide baru
|
4.
|
Dapat kelas mengakui dan menghargai ide orang lain
|
5.
|
Biasanya sangat tertarik pada pekerjaan-pekerjaan rutinnya, sehingga
sukar melihat masalah-masalah yang lebih besar
|
5.
|
Dapat melepaskan diri dari tugas-tugas rutin, sehingga dapat
mengembangkan kepemimpinan yang kreatif
|
6.
|
Mempunyai sifat kebapkan (ke aku-an) sebagai yang lebih tahu
|
6.
|
Memelihara sikap ramah sebagai penolong dan penasehat
|
7.
|
Tidak mau mengakui bahwa ia memiliki sifat otokartis
|
7.
|
Selalu berusaha menerapkan cara-cara yang demokratis
|
8.
|
Kurang memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju kedepan sebagai
pemimpin.
|
8.
|
Selalu mengusahakan melaksanakan
adalah tugas memimpin menimbulkan kepemimpinan pada yang di pimpin
|
Oleh karena itu sebagai solusinya harus tampil supervisor yang bersikap
demokratis yang membangun kreatifitas dan inivatif dalam pembelajaran oleh
guru. Supervisor pendidakan dilaksanakan disekolah dengan melaksanakan berbagai
aktifitas yang dapat membantu supervisor membina situasi belajar mengajar
melalui pemberian pelayanan kepada tenaga-tenaga kependidikan yang ada di
sekolah. `[19]
4. Diskusi panel
Adalah suatu bentuk diskusi yang dipantaskan dihadapan sejumlah partisipan
atau pendengar. Dalam diskusi tersebut suatu masalah dihadapkan kepada sejumlah
ahli yang memiliki keahlian di bidang masalah yang sedang di diskusikan. Karena
itulah bentuk diskusi ini sering di sebut dengan percakapan tingkat tinggi atau
Glorified corversation
Diskusi panel di selenggarakan dengan pedoman pada prosedur:
a. Moderator menghantarkan problema secara umum
b. Moderator menimbulkan problema secara bertahap
c. Secara spontan terjadilah diskusi antara para panelis (moderator mengatur
pembicaraan para panelis sehinggga tidak ada yang saling mendahului)
d. Moderator berfungsi mengarahkan setiap problema, supaya tetap dalam ruang
lingkup pembahasan.
e. Setiap problema yang dibahas dirumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan
sementara
f. Setelah itu moderator menyerahkan problema baru untuk di diskusikan dst
g. Pada akhirnya moderator erumuskan pokok-pokok diskusi yang akan dibahas
bersama denga kelompok. Seluruhnya.[20]
5. Seminar sebagai sarana pendalam berbagai masalah pembelajaran.
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang dikikuti oleh suatu kelompok
pertemuan ilmiah untuk mendiskusikan, membahas, dan memperdebatkan suatu
masalah yang berhubungan dengan suatu topik. Baik teoritis maupun praktis
dibawahpimpinan seorang ketua sidang dan disajikan kepada audiens. Dalam
seminar berbagai masalah dapat dibahas, seperti bagaimana menyusun silabus yang
mengacu standart isi, bagaimana cara mengatasi anak-anak yang selalu membuat
keributan di kelas, bagaiman membantu anak-anak yang menampilkan tingkah laku
yang menyimpang, bagaiman upaya meningkatkan kreativitas guru latih dalam
kegiatan pembelajaran.[21]
6. Simposium sebagai sarana bertukar pikiran
Simposium
adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa pembicara
menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topik, atau topik-topik
yang berkaitan dengan problematika mengajar. Dapat diartikan juga sebagai
sekumpulan karangan pendek tentang sesuatu pokok masalah yang ditulis sejumlah
ahli dan diterbitkan menjadi buku. Dalam praktiknya supervisor dapat
memanfaatkan para ahli dari perguruan tinggi sebagai narasumber untuk membahas
topik tertentu yang telah disepakati bersama guru binaanya.[22]
7. Demonstrasi mengajar
Adalah satu upaya supervisor membantu supervisee dengan menunjukkan kepada
mereka bagaimanan mengajar yang baik. Dengan demonstrasi mengajar, supervisor
mempraktekkan penggunaan metode-metode mengajar yang tepat, atau metode
mengajar yang baru, atau penggunaan alat-alat bantu mengajar, penggunaan alat
evaluasi, dan sebagainya. Selama demostrasi berlangsung, para guru latih mencatat
dengan teliti apa yang ditampilkan oleh supervisor dan catatan itu nanti akan
didiskusikan bersama dengan peninjau-peninjau lainnya, para guru latih, dan
supervisor sendiri setelah demonstrasi selasai.
Teknik ini memang efektif dalam situasi tertententu, namun pada situasi
yang lain teknik ini mengandung banyak kelemahan terutama jika supervisor
merupakan pihak yang di angakat karena jabatan dan pengalaman bukan karena
kemahiran atau kepemilikannya atas kemampuan dan ketrampilan mengajar.[23]
8. Buletin supervisi sebagai salah satu alat komunikasi
Buletin supervisi adalah salah satu bentuk alat komunikasi dalam bentuk
tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat
membantu guru latih-guru latih dalam memperbaiki situasi belajar mengajar.
Buletin supervisi yang dimaksud bermacam jenisnya, diantaranya adalah :
a.
Buletin untuk
intruksi umum, maksudnya suatu bentuk komunikasi yang berisi intruksi-intruksi
dari pimpinan dalam membantu guru latih.
b.
Buletin khusus
untuk gari latih, yakni bentuk komunikasi yang memberi kesmpatan kepada guru
latih-guru latih untuk membuat persiapan bagi sesuati rapat yang akan
disesuaikan dengan kemampuan mereka.
c.
Buletin tindak
lanjut sesuatu keputusan rapat, yakni bentuk komunikasi yang memberi kesempatan
kepada guru latih-guru latih dan supervisor sendiri untuk menindak lanjuti
kesepakan-kesepakan yang telah dicapai melaui suatu rapat.
Masih banyak lagi teknik-teknik yang bersifat kelompok yang dapat
dikembangkan oleh supervisor dalam membantu guru untuk berlatih dan personalia
pendidikan lainnya untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki situasi belajar
mengajar. [24]
D. Problem Supervisi Kelas
1. Masalah-masalah yang dihadapai supervisi pendidikan :
a.
Perbedaan
konsep inspeksi dan supervisi pendidikan
b.
perbedaan
fungsi :
1)
Inspeksi
merupakan suatu jabatan (position) dalam suatu jawatan
2)
Supervisi
merupakan suatu fungsi (funcition) untuk membina perbaikan suatu situasi
c.
Perbedaan
prinsip:
1)
Inpeksi
dilaksanakan berdasarkan prinsip otokrasi atau pengawas
2)
Supersvisi
dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi yang dijiwai oleh falsafah
pancasila.
d.
Pebedaan
interpretasi terminologis
e.
Pebedaan
aktualisasi fungsi sebagai administrator dan supervisor pendidikan :
1)
Administrator
berfungsi mengatur agar segala sesuatu berjalan dengan baik
2)
Supervisor
berfungsi membina agar sesuatu itu berjalan secara lebih baik dan lebih lancar
lagi(meningkatkan mutu) dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
f.
Perbedaan
konsepsional tentang kepemimpinan dan kekuasaan kekuatan (mendapat yang
diberikan tidak disertai wewenang bertindak, sehingga bukan hanya sulit, ia
jugatidak tau apa yang menjadi wewenangnya.
2.
Masalah-masalah
yang dihadapi supervisor
a.
Masalah dan
proporsinya
Kadang-kadang sesuatu hal tidak dianggap suatu
problem, karena hanya merupakan sebab timbulnyasuatu problem
b.
Masalah
praktis
1)
Masalah-maslah
kepemimpinan (leadership)
2)
Masalah-masalah
proses kelompok (group proses)
3)
Masalah-masalah
hubungan insani (human relation)
4)
Masalah-masalah
administrasi personal
5)
Masalah-masalah
penilaian (evaluation)
3.
Respon terhadap
masalah-masalah supervise
a.
Berpedomankan
prinsip
Yaitu prinsip pendidikan dan prinsip-prinsip
supervisi pendidikan, baik yang fundamental maupun yang praktis.
b.
Bekerja
sistematis
1)
Mengumpulkan
data yang merupakan masalah.
2)
Mengumpulkan
sebab.
3)
Memilih dan
mengkalsifikasikan sebab-sebab yang dapat dianggap berlaku pada sebuah
persolan.
4)
Mampertimbangkan
dan membandingkan sebab.
5)
Manyimpulkan
dan meninjau segala kemungkinan yang dapat meniadakan sebab timbulnya masalah.
6)
Menyusun
tahap-tahap penyelesaian data.
c.
Berkepribadian
Kepribadian yang telah terintegrasi yan sanggup mengambil keputusan dengan penuh rasa tanggung jawab,akan lebih memudahkan dan mengefektifkan pemecahan-pemecahan masalah hidup.[25]
Kepribadian yang telah terintegrasi yan sanggup mengambil keputusan dengan penuh rasa tanggung jawab,akan lebih memudahkan dan mengefektifkan pemecahan-pemecahan masalah hidup.[25]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. supervisi kelas adalah suatu aktivitas proses
pembimbingan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang
semakin meningkat.
2. Pola Supervisi pengajaran ada 3 yaitu:
a. Supervisi Umum
b. Supervisi PBM
c. Supervisi kolegial atau kesejawatan
3. Teknik supervisi
a. Teknik supervisi yang bersifat kelompok
b. Teknik Individual dalam supervisi
c. Perilaku supervisor yang diharapkan
d. Diskusi panel
e. Seminar sebagai sarana dan prasarana pendalaman berbagai masalah
pembelajaran
f. Simposium sebagai sarana bertukar pikiran
g. Demonstrasi mengajar
h. Buletin supervisi sebagai salah satu alat komunikasi
4. Problem supervisi kelas
1. Masalah-masalah yang dihadapai supervisi pendidikan :
a.
Perbedaan
konsep inspeksi dan supervisi pendidikan
b.
perbedaan
fungsi
c.
Perbedaan
prinsip
d.
Pebedaan
interpretasi terminologis
e.
Pebedaan
aktualisasi fungsi sebagai administrator dan supervisor pendidikan
f.
Perbedaan
konsepsional tentang kepemimpinan dan kekuasaan kekuatan (mendapat yang
diberikan tidak disertai wewenang bertindak, sehingga bukan hanya sulit, ia
jugatidak tau apa yang menjadi wewenangnya.
2. Masalah-masalah yang dihadapi supervisor
a.
Masalah dan
proporsinya
b.
Masalah
praktis
3. Respon terhadap masalah-masalah supervise
a.
Berpedomankan
prinsip
b.
Bekerja
sistematis
4. Berkepribadian
B.
SARAN
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami,
makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya pagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Sahertian, Piet A. Dan Mataheru Dip. Ed. Ad , Frans. 1981. Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya: Usana Offset Printing.
Sagala Syaiful. 2011. Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: CV. ALFABETA.
Suhardan, Dadang. 2010, Supervisi
profesional, Bandung: CV. ALFABETA.
Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi
Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,Bandung: CV. ALFABETA.
Http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2025209-tujuan-supervisi-pendidikan.
[1] Drs. Piet A sahertian dan
Drs Frans Mataheru Dip. Ed. Ad, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya:
Usana Offset Printing, 1981), 18.
[2] Prof. Dr. H, Syaiful
Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: CV. ALFABETA, 2011), 194-195.
[5] Prof. Dr. Hj. Sri Banun
Muslim. M.Pd.,Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru,(Bandung: CV. ALFABETA, 2010), 95-96.
[13] Prof. Dr. H, Syaiful
Sagala. M.Pd., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Ibid., 213-214.
semoga bermanfaat
BalasHapusterimakasih , semoga bermanfaat
BalasHapus